Jakarta – Pemerintah berencana menerapkan tatanan hidup baru atau new normal setelah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah daerah usai diterapkan. Adaptasi baru ini pun diharapkan bisa memberikan stimulus baik bagi pertumbuhan ekonomi RI termasuk menekan angka pengangguran.
Menurut Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto jika pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menurun tentu dampaknya bisa merembet ke berbagai sektor termasuk pengangguran dan itu jadi salah satu yang harus diselesaikan. Sebab, masalah kesehatan, sosial ekonomi imbas dari pandemi COVID-19 ini ibaratkan dua sisi mata uang yang beriringan.
“Tentu kita menginginkan agar pandemi COVID-19 ini tidak merembet atau merembes pada pandemi PHK. Sehingga salah satunya adalah melakukan restart, produktif tapi aman dari COVID-19. Oleh karena itu protokol-protokol nya baru, cara protokol baru ini diberlakukan sampai ditemukannya vaksin,” ujarnya kepada detikcom, Senin (1/6/2020).
Airlangga menjelaskan pertumbuhan ekonomi ini sangat penting untuk meningkatkan taraf kehidupan yang baik, sebabnya sebelum pandemi COVID-19 7 juta orang di Indonesia belum mendapat pekerjaan. Apalagi ditambah pandemi sekitar 1,8 juta sehingga diperlukan kebijakan atau protokol yang baru lagi.
“Tentu kita harus segera mungkin menciptakan kesempatan-kesempatan baru, tadi kami bahas terkait dengan proyek strategis nasional (PSN) dengan Bapak Presiden dan kita mendorong bahwa proyek strategis nasional ini yang besarnya lebih dari Rp 1.400 triliun untuk terus berjalan. Ini akan menciptakan lapangan pekerjaan antara 3,5 sampai 4 juta lapangan pekerjaan sepanjang 4-5 tahun ke depan,” jelasnya.
Sementara itu, dia menegaskan kenormalan baru ini bukanlah pelonggaran setelah pembatasan sosial berskala besar melainkan adaptasi produktivitas baru agar tetap aman dari COVID-19. Sebab, protokol kesehatan bebas Corona itu sendiri tetap digalakkan oleh pemerintah agar menekan angka positif atau meninggal akibat COVID-19.
“Dalam normal baru tentu protokol menggunakan masker, cuci tangan, kemudian tes temperatur dan yang lain, semua itu berlaku untuk semua sektor kehidupan bermasyarakat dan new normal itu butuh kerjasama yang erat antara tentu dari segi medis, kesiapan medis untuk mengantisipasi segala persoalan,” ungkap dia.
“Oleh karena itu dalam protokol normal apabila ada secondary wave ya bisa ditutup kembali. Jadi ini yang menjadi insentif dan disinsentif baik kepada masyarakat maupun pemerintah daerah maupun sektor-sektor,” pungkasnya.