Bisnis.com JAKARTA – Penjualan lahan industri pada tahun tikus logam ini diperkirakan bakal meningkat karena harga jual yang kompetitif dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara.
Beberapa emiten juga mengenalkan konsep baru maupun proyek baru tahun ini. Lantas, emiten mana yang akan mendulang banyak penjualan lahan tahun ini?
Aurellia mencatat, harga jual lahan industri di Bangkok menjadi yang paling mahal sejauh ini, menyentuh hampir Rp240.000 per meter persegi. Adapun harga lahan di Bekasi berada di urutan kedua sedangkan harga di Ho Chi Minh City di urutan ketiga di kisaran Rp150.000 per meter persegi.
Aurellia menilai terdapat minat yang kuat dari perusahaan yang bergerak di sektor kendaraan listrik, sektor logistik, dan sektor pergudangan. Ketiga sektor itu, lanjutnya, yang bakal menopang permintaan lahan industri beberapa tahun ke depan.
Perusahaan yang mengelola kawasan industri di Kota Deltamas, Bekasi itu telah menerima permintaan tanah industri seluas 170 hektare pada kuartal I/2020. Oleh sebab itu, Aurellia merekomendasikan beli untuk DMAS dengan target harga Rp400 per saham atau 69,49 persen lebih tinggi dibandingkan harga penutupan Jumat (28/2/2020) Rp236 per saham.
“Ini adalah penilaian tertinggi bagi sektor kawasan industri setelah 2013. Risiko bagi pandangan kami adalah pra penjualan yang lebih rendah, perlambatan ekonomi global lebih lanjut dan perubahan peraturan yang merugikan,” jelas Aurellia.
Sejauh ini, DMAS menargetkan penjualan lahan industri seluas 170 hektare pada 2020, 41,66 persen lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu seluas 120 hektare.
Direktur Puradelta Lestari Tondy Suwanto mengatakan permintaan lahan industri akan didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh potensi pasar yang besar di Indonesia. Selain itu, daya saing Indonesia sebagai sasaran investasi, aktivitas industri yang semakin kuat, serta cepatnya perkembangan infrastruktur bakal menjadi katalis positif.
Di lain pihak, analis Samuel Sekuritas Indonesia Ilham Akbar Muhammad menilai PT Kawasan Industri Jababeka Tbk. (KIJA) yang bakal membukukan kinerja terbaik dibandingkan dengan emiten kawasan industri lainnya.
Ilham berlasan, kinerja KIJA bakal moncer ditopang oleh penjualan di Kendal Industrial Park. Dia menyebut, kontribusi penjualan lahan di Kendal Industrial Park naik menjadi 31,7 persen pada kuartal III/2019 dari periode yang sama tahun lalu 14,57 persen.
“Sementara itu, harga jual rerata lahan industrial di Kendal naik 4,4 persen, sedangkan wilayah Cikarang mengalami penurunan 36,6 persen,” tulisnya dalam laporan riset.
Dia memperkirakan penjualan KIJA tahun ini dapat menyentuh Rp2,76 triliun atau naik 5,37 persen dibandingkan dengan estimasi sepanjang 2019 sebesar Rp2,62 triliun. Samuel Sekuritas memprediksi, segmen properti sedikitnya akan menyumbang sepertiga dari total pendapatan KIJA.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan KIJA Muljadi Suganda mengatakan membaiknya situasi politik pada 2020 dapat menjadi katalis positif penjualan lahan industri. Menurutnya, beberapa prospek penjualan yang tahun lalu tertunda bisa terealisasi pada tahun ini. perseroan dan calon investor bakal merealisasikan penjualan pada tahun tikus logam.
“Prospek tahun ini tentu lebih baik dari tahun lalu karena situasi politik lebih stabil dan proyek infrastruktur yang sudah beroperasi. Beberapa prospek yang tahun lalu wait and see, kemungkinan bisa terealisasi tahun ini,” jelasnya kepada Bisnis.
Menurut Muljadi, beberapa calon pembeli lahan berasal dari empat sektor, yaitu logistik, manufaktur, garmen dan tekstil.
PT Surya Semesta Internusa Tbk. (SSIA) juga tak kalah gencar. Tahun ini, SSIA bakal meluncurkan Subang City of Industry, sebuah proyek kawasan industri yang sudah disiapkan sejak 2016. Head of Investor Relation SSIA Erlin Budiman mengatakan Subang City of Industry akan dirilis pada paruh kedua dengan luas lahan siap jual 250 hektare.
Adapun secara umum, SSIA mematok target penjualan lahan tahun ini seluas 320 hektare atau naik 12,35 persen dibandingkan dengan realisasi tahun lalu seluas 17,6 hektare.
“Tahun 2019 kami memasarkan lahan seluas 17,6 hektare atau sebesar Rp298 miliar. Kalau untuk target 2020 adalah 20 hektare,” katanya.
Tidak ketinggalan, anak usaha PT Modernland Realty Tbk. menargetkan bisa memasarkan lahan seluas 60 hektare pada 2020. Emiten berkode saham MDLN itu menjalankan unit bisnis penjualan lahan industrial melalui PT Modern Industrial Estat.
Direktur Utama Modern Industrial Estat Pascall Wilson mengatakan tahun ini perseroan menargetkan bisa memasarkan lahan seluas 60 hektare. Namun, target pemasaran tahun ini lebih kecil dibandingkan dengan pemasaran tahun lalu. Pasalnya, pada 2019 perseroan mampu memasarkan sebesar 80 hektare.
Selain itu, Modernland juga berniat mengembangkan lahan industri berkonsep halal seluas 500 hektare di Cikande. Kawasan bernama Halal Valley siap dimanfaatkan penghuni atau tenant pada paruh kedua 2020.
“Untuk pemanfaatan lahan bagi tenant industri halal sendiri akan siap pada semester II/ 2020. Ke depannya gudang logistik, ruko, serta perumahan dan dry port akan segera kami bangun di kawasan halal,” kata Pascall.