Sepanjang 2018, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang terus meningkat. Jika pada kuartal I 2018, pertumbuhannya hanya 1,21 persen quartal-to-quartal (qtq), maka dalam kuartal II dan III bisa tumbuh 1,49 persen dan 4,13 persen.
Sedangkan secara tahunan, pertumbuhan produksi industri besar dan kecil pada kuartal III 2018 naik hingga 5,04 persen year-on-year (yoy). “Ini sangat menggembirakan,” kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Kamis, 1 November 2018.
Industri besar kelompok usaha dengan jumlah tenaga kerja 100 orang lebih. Sementara industri sedang antara 20 sampai 99 orang. Lali industri kecil dengan 5 sampai 19 orang. Terakhir industri mikro dengan tenaga kerja 1 sampai 5 orang.
Secara kuartal atau per tiga bulan, pertumbuhan positif terbesar dialami industri kendaraan bermotor, trailer, dan semi trailer sebesar 15,11 persen. Sementara penurunan terbesar dialami oleh industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki yaitu -10,6 persen.
Walau begitu, industri makanan dan minuman masih menjadi kontributor terbesar dari total produksi yaitu hingga 25,41 persen walau pada kuartal ini hanya tumbuh 10,56 persen.
Menurut Kepala Subdirektorat Statistik Industri Besar Sedang, BPS, Sagap, industri makanan dan minuman masih bisa tumbuh, salah satunya karena ikut ditopang produksi Crude Palm Oil (CPO) yang menjadi salah satu komponen di dalamnya. Meski ada kampanye negatif, ekspor minyak nabati (80 persen adalah CPO) tetap naik 14,59 persen pada kuartal III. Menurut dia, produksi juga naik karena adanya kebijakan mandatory biodiesel 20 persen oleh pemerintah.
Di sisi lain, kinerja industri kecil dan mikro tidak sebagus industri besar dan sedang karena terus menurun secara qtq sejak awal tahun. Mulai dari 3,09 persen pada kuartal I 2018, lalu 1,34 persen di kuartal II 2018, hingga -0,35 persen di kuartal III 2018. Meski demikian, kelompok industri ini masih bisa tumbuh 3,88 persen secara yoy pada kuartal III 2018 ini.
“Memang kelompok ini gampang buka, gampang tutup sesuai permintaan,” kata Suhariyanto. Penurunan terbesar dialami industri mesin dan perlengkapan yaitu sebesar -8,46 persen. Sedangkan pertumbuhan terbesar secara kuartal dialami oleh industri pengolahan tembakau sebesar 32,36 persen. “Karena memang tembakau ini sifatnya musiman,” kata Kepala BPS tersebut.