0 0
Read Time:6 Minute, 55 Second

Jakarta, CNBC Indonesia – Mekanisasi dengan mesin maupun robot hingga digitalisasi sedang dan akan terus bergulir menggantikan pekerjaan manusia. Beberapa tahun ke depan diramal makin banyak pekerjaan manusia digantikan oleh mekanisasi bahkan robot, jumlahnya jutaan pekerjaan. Mengerikan kah?

Proyeksi soal masa depan kaitannya dengan dominasi mesin dan robot terhadap pekerjaan  manusia sudah banyak jadi ramalan lembaga riset. Termasuk, akhir tahun lalu Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) mengeluarkan laporan bertajuk The Future of Jobs Report 2020. Survei ini dilakukan karena dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan ketimpangan pendapatan yang semakin besar dan diperparah dengan maraknya permasalahan sosial.

Alasan utama lainnya adalah adanya kekhawatiran akan hilangnya pekerjaan yang didorong oleh penetrasi teknologi terbaru. Ketakutan ini sejalan dengan hasil survei, dimana secara global, 43,2% dari jumlah perusahaan yang disurvei mengatakan bahwa mereka akan mengurangi jumlah karyawan saat ini dikarenakan integrasi teknologi dan otomasi.

Dalam survei pekerjaan tersebut, pengusaha mengharapkan jika per tahun 2025 jumlah pekerjaan redundant berkurang 15,4% menjadi hanya 9% dari total tenaga kerja.

Pekerjaan redundant bisa dikatakan juga sebagai pekerjaan yang ‘mubazir’, jenis pekerjaan ini adalah pekerjaan yang bisa digantikan oleh mesin dan tidak dibutuhkan lagi, sehingga tidak ada perekrutan baru untuk posisi pekerjaan tersebut. Akan tetapi di sisi lain profesi-profesi baru dari perkembangan teknologi akan tumbuh dari 7,8% menjadi 13,5% dari total pekerja.

Berdasarkan estimasi WEF, di tahun 2025 akan terdapat 85 juta pekerjaan yang hilang dan dapat digantikan oleh mesin, algoritma kecerdasan buatan atau tenaga kerja baru dengan kebutuhan akan skill yang berbeda.

Pekerjaan yang berisiko tergantikan itu diantaranya adalah akuntan dan auditor, pekerja di pabrik perakitan dan operator mekanik pertambangan. Meskipun 85 juta pekerjaan berpotensi hilang atau tergantikan, perkembangan teknologi juga berpotensi menciptakan 97 juta peran baru, jenis pekerjaan yang lebih gampang beradaptasi dan bekerjasama dengan bauran baru tenaga kerja yang terdiri dari manusia, mesin dan algoritma.

Dalam laporan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) mengeluarkan laporan bertajuk The Future of Jobs Report 2020.

Survei kali ini menghasilkan konklusi yang relatif sama dengan survei-survei yang pernah dilakukan sebelumnya. Pekerjaan unggulan yang permintaannya terus meningkat masih didominasi oleh pekerjaan yang berkaitan dengan teknologi informasi.

Pekerjaan tersebut di antaranya adalah data analis dan data saintis, spesialis kecerdasan buatan (artificial intellegence/AI) dan pembelajaran mesin (machine learning/ML), insinyur robotik, pengembang perangkat lunak (software) dan aplikasi.

Sementara itu, pekerjaan seperti spesialis proses otomasi, analis keamanan informasi, spesialis internet untuk segalanya (internet of things/IoT) baru-baru ini muncul dan semakin diminati oleh para pelaku usaha.

Sementara itu pengurangan pekerjaan akan dialami oleh bidang pekerjaan redundant yang mudah digantikan oleh mesin atau algoritma kecerdasan buatan. Pekerjaan tersebut diantaranya adalah petugas entri data, sekretaris eksekutif dan administratif, petugas pembukuan, akuntasi dan penggajian, akuntan dan auditor, pekerja pabrik perakitan, teller bank, relationship manager, analis finansial, tukang reparasi elektronik serta telemarketer dan narahubung layanan produk.

Disrupsi pada bursa tenaga kerja yang terjadi akibat revolusi industri 4.0 makin diperparah dan dalam beberapa kasus dipercepat oleh resesi yang terkait dengan pandemi tahun 2020. Selama pandemi kecepatan penetrasi teknologi berlangsung dengan lebih cepat, hal ini terjadi karena perusahaan terpaksa beradaptasi dengan tuntutan pekerjaan yang harus dilakukan secara daring dari jarak jauh.

Berdasarkan data WEF terdapat 153 juta penduduk usia kerja (15 tahun atau lebih) di Indonesia. Pada survei ini dilakukan pemetaan terhadap skill dan pendidikan yang dimiliki oleh tenaga kerja dan kondisi dunia kerja di Indonesia saat ini. Terdapat 9 parameter skill dan pendidikan yang dipetakan pada laporan ini, kesembilan parameter tersebut adalah:

  1. Skill digital penduduk secara umum, seperti kemampuan dasar teknologi dan komputer
  2. Pekerja dengan pendidikan sekunder. Parameter ini mengkur berapa banyak dari total tenaga kerja yang memnyelesaikan pendidikan sekunder (SMA/SMK)
  3. Bisnis relevansi untuk tenaga kerja dengan pendidikan sekunder. Seberapa bagus skill yang dimiliki oleh lulusan SMA/SMK yang bisa dipergunakan di dunia bisnis
  4. Pekerja dengan pendidikan tersier. Parameter ini mengkur berapa banyak dari total tenaga kerja yang memnyelesaikan pendidikan tersier (Vokasi hingga S3)
  5. Bisnis relevansi untuk tenaga kerja dengan pendidikan tersier. Seberapa bagus skill yang dimiliki oleh lulusan vokasi hingga S3 yang bisa dipergunakan di dunia bisnis
  6. Relevansi keterampilan bisnis. Parameter ini mengukur seberapa gampang perusahaan memperoleh kandidat yang memiliki skill sesuai dengan kebutuhan pekerjaan.
  7. Angka pengangguran tenaga kerja dengan pendidikan tersier.
  8. Angka pengangguran tenaga kerja dengan pendidikan Sekunder.
  9. Penduduk muda yang sedang tidak bekerja, bersekolah dan mengikuti pelatihan. Penduduk muda adalah penduduk dengan usia 15-24, nilai diperoleh dari model estimasi yang dilakukan oleh Organisai Buruh Internasional (ILO)

Kesembilan parameter tersebut disajikan dalam bentuk bobot skor dari 0 hingga maksimal 100, yang mana semakin besar nilai yang diperoleh semakin bagus kondisi tenaga kerja di wilayah tersebut. Untuk angka pengangguran semakin kecil semakin baik kondisi bursa kerja.

Bursa kerja tahun 2025. IstFoto: Bursa kerja tahun 2025. Ist
Bursa kerja tahun 2025. Ist

Kondisi tenaga kerja Indonesia sendiri dibagi menjadi 4 parameter. Pertama adalah partisipasi tenaga kerja. Kedua adalah pekerjaan yang rentan, termasuk di dalamnya pekerja mandiri (self employed).

Ketiga adalah kondisi pekerjaan akibat munculnya gig economy, gig economy sendiri dapat diartikan sebagai ladang pekerjaan yang muncul akibat kemajuan dan penerapan teknologi terbaru.

Gig economy ini biasanya diisi oleh pekerja kontrak independen, seperti penulis lepas, desainer web kontrak atau pengemudi ojek online. Keempat adalah angka pengangguran. Keempat parameter tersebut juga disajikan dalam bentuk bobot skor dari 0 hingga maksimal 100.

Bursa kerja tahun 2025. IstFoto: Bursa kerja tahun 2025. Ist
Bursa kerja tahun 2025. Ist

Saat terjadinya pergeseran skill utama yang diperlukan di dunia kerja, perusahaan harus bekerja keras melakukan pelatihan untuk menaikkan skill karyawan sehingga dapat memenuhi ekspektasi pasar. Pelatihan ini tidak semua dilakukan secara internal oleh perusahaan, sebagian dilakukan oleh penyedia luar secara daring atau dilakukan oleh institusi publik, baik dengan mengikuti kursus atau bersekolah kembali.

Di masa mendatang, menurut survei WEF terdapat lima skill utama yang memiliki permintaan tinggi di Indonesia. Kelima skill tersebut adalah sebagai berikut. Pertama kreatifitas, originaslitas dan inisiatif, kedua pemecahan masalah kompleks, ketiga strategi pembelajaran aktif, keempat kecerdasan emosi dan kelima analytical thinking dan inovasi.

Disclaimer: The Future of Jobs Report 2020 adalah hasil kolaborasi ekstensif antara Forum Ekonomi Dunia dan mitra survei regional. Mitra survei di Indonesia adalah KADIN. Data tenaga kerja dan angka pengangguran bisa saja berbeda dengan data dari BPS

Laporan tersebut membahas pergesaran bauran tenaga kerja di masa depan, serta skill-skill utama apa saja yang paling dibutuhkan di pasar kerja beberapa tahun mendatang.

Dalam 5 tahun mendatang diperkirakan 85 juta pekerjaan bisa hilang dan digantikan oleh mesin atau algoritma kecerdasan buatan, meskipun akan muncul jutaan pekerjaan baru. Akan tetapi pekerjaan baru membutuhkan skill yang berbeda dari yang dipunyai oleh pekerja yang berpotensi kehilangan pekerjaan.

Jika tenaga kerja tidak mampu beradaptasi dengan permintaan baru dari bursa kerja yang sudah mulai menerapkan teknologi terkini dalam keseharian bisnis mereka, maka ancaman kehilangan pekerjaan adalah hal dipertaruhkan.

Penetrasi teknologi, baik itu otomasi maupun algoritma kecerdasan buatan tidak hanya mempengaruhi unit bisnis yang bergerak di bidang rekayasa ataupun teknologi. Semua industri bisa terkena imbas ini, terutama industri yang masih memnggunakan buruh dalam skala besar dan bisnisnya belum terintegrasi dengan teknologi terbaru.

Tidak ada industri yang benar-benar imun terhadap masuknya mesin dan algoritma kecerdasan buatan dalam bauran baru komposisi tenaga kerja di masa mendatang. Selain itu Pekerja yang berisiko kehilangan pekerjaan juga disebabkan oleh metode bisnis baru yang diterapkan oleh perusahaan dengan mengedapankan aspek-aspek

teknologi dan pembaruan, sehingga pekerja dengan skill yang kurang sejalan dengan skill yang dibutuhkan di masa depan, memiliki risiko kehilangan pekerjaan yang lebih tinggi.

Dalam laporannya WEF juga menyertakan data rata-rata pekerja yang berisiko kehilangan pekerjaan berdasarkan bidang industri. Layanan finansial memiliki risiko terbesar dengan 20,8% pekerja di bidang ini berisiko kehilangan pekerjaan, dengan porsi terendah sebesar 10,6% untuk pelayanan kesehatan.

Bursa kerja tahun 2025. IstFoto: Bursa kerja tahun 2025. Ist
Bursa kerja tahun 2025. Ist

Di masa depan komposisi tenaga kerja tidak hanya didominasi oleh tenaga manusia, robot atau mesin serta algoritma kecerdasan buatan ikut turut meramaikan bursa kerja masa depan. Meskipun banyak buruh yang berisiko kehilangan pekerjaan karena masuknya mesin dan kecerdasan buatan dalam bauran bursa kerja, di sisi lain akan muncul pekerjaan-pekerjaan baru yang membutuhkan skill dan kompetensi baru.

Sehingga di dunia dengan perubahan yang sangat cepat, setiap buruh atau pekerja perlu untuk meningkatkan skill dan kemampuannya agar bisa bersaing dalam bursa kerja yang semakin kompetitif di masa depan. Selain itu yang sangat penting menyiapkan anak-anak sejak dini menguasai kebutuhan era mekanisasi, robotisasi, dan digitalisasi yang saat ini sejatinya sudah berjalan.

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

By kspsi

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *