0 0
Read Time:1 Minute, 41 Second

JAKARTA, KOMPAS.com – Pada kondisi wabah virus corona (Covid-19), jutaan pekerja banyak yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) serta dirumahkan.

Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) per 27 Mei 2020, pekerja sektor formal yang dirumahkan sebanyak 1.058.284 orang dan pekerja sektor formal yang ter-PHK 380.221 orang.

Sedangkan pekerja sektor informal yang terdampak 318.959 pekerja. Peluang untuk mencari kerja di saat pandemi ini menurut Psikolog sekaligus Head of Center for Human Capital Development PPM Manajemen Maharsi Anindyajati, memang sulit.

Jumlah pencari kerja jauh melampaui jumlah ketersediaan lapangan pekerjaan. Untuk itu, para pencari kerja harus mengubah pola pikir dalam mencari peluang kerja

“Para pencari kerja harus melihat bahwa cara dalam merekrut karyawan di beberapa perusahaan pasti akan berubah, minimal menggeser ke online method. Dengan demikian, pencari kerja harus memperkuat online network-nya,” katanya ketika dihubungi Kompas.com, Jakarta, Rabu (3/6/2020).

Maharsi juga menyarankan, pencari kerja dapat juga memperkuat personal brandingnya pada sosial media.

“Misalnya, pekerja dapat membuat artikel sederhana terkait area keilmuannya atau terkait hal-hal yang memang menjadi minatnya,” ujarnya.

Di masa pandemi ini, lanjut Maharsi, banyak lembaga pendidikan non formal yang menawarkan webinar gratis atau diskon biaya investasi pelatihan. Dari situ pekerja dapat memanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuan terkait bidang pekerjaan yang diminati.

“Selain juga bisa menambah deretan pendidikan non formal yang diikuti pada CV (curriculum vitae) pencari kerja,” ujarnya.

Lalu, bagaimanakah dengan pekerja yang tergolong gagap teknologi atau blue collar worker?

Maharsi akui, kemampuan adaptasi yang selama pandemi ini memaksa semua orang, semua usia, semua level bertransformasi ke arah digital atau penggunaan teknologi.

“Ini yang saya bilang di awal mengubah mindset, termasuk digital mindset yang harus dikembangkan di new normal ini. Salah satunya penggunaan perangkat digital, jika memang rekrutmen lebih mudah dan murah secara online, mengapa tidak dipertahankan ke depannya?” katanya.

Dengan demikian, para pencari kerja juga harus beradaptasi dengan proses yang serba teknologi.

“Dulu ojek juga enggak bisa pakai aplikasi, lama-lama mereka bisa. Blue collar worker hanya belum terbiasa, tapi jika kepepet akan bisa. Seleksi alam jadinya,” ujarnya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

By kspsi

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *