Merdeka.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 mencatat laju pertumbuhan yang signifikan yakni tumbuh lebih dari 7,07 persen (yoy). Angka ini meningkat tajam jika dibandingkan periode sama tahun lalu yang terkontraksi minus 5,32 persen.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad mengatakan, sebaiknya pemerintah tidak berpuas diri terhadap pertumbuhan positif dikuartal II-2021. Menurutnya pertumbuhan tersebut bagian dari fenomena low base effect.
“Jadi kita tidak perlu terlalu berbangga ketika memang fenomenal low base effect itu terjadi. Karena hal yang biasa saja di negara-negara lain juga mengalami hal yang sama,” kata dia dalam diskusi Indef Waspada Gelombang 2 Pemulihan Ekonomi, Jumat (6/7).
Karena, jika bandingkan dengan negara-negara minta dagang, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih jauh lebih rendah. Misalnya China dari minus 6,8 di kuartal II-2020 menjadi 18,3 persen di kuartal II-2021. Kemudian Amerika Serikat dari minus 9 persen menjadi 12,2 persen dan Singapura dari minus 13,3 persen jadi 14 persen
Dia memahami, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak bida dibandingkan secara apple to apple oleh negara mitra dagang. Namun yang bisa dilihat adalah berbagai negara lain untuk perbaiki kondisi ekonomi itu ternyata bisa juga menghasilkan pertumbuhan lebih tinggi pada saat momentum kuartal yang sama.
“Cuma perbedaannya berapa besar presentasi dari low base effect sebagai sumbangan dari pertumbuhan ekonomi itu yang menarik paling tidak kalau kita lihat low base effect kita anggap adalah sebesar pengurangan yang terjadi pada pertumbuhan ekonomi masing-masing negara ketika dia berjalan normal,” tandas dia.