Jakarta – Ford Motor Co (F.N) mengumumkan telah menutup pabriknya di Brasil pada Januari lalu. Keputusan itu diambil oleh produsen mobil asal Amerika Serikat (AS) itu karena telah merugi sebesar US$ 11,9 miliar setara Rp 170 triliun (kurs Rp 14.356).
Dikutip dari Reuters, Jumat (21/5/2021), dalam laporan perusahaan, rincian kerugiannya, Ford telah menghabiskan uang US 7,8 miliar. Ditambah dengan US$ 4,1 miliar yang akan dikeluarkan Ford untuk melepaskan diri dari komitmennya. Jadi, total kerugian Ford sebesar US$ 11,9 miliar.
Hampir semua kerugian terjadi dalam delapan tahun terakhir, ketika perusahaan selalu rugi US$ 2.000 untuk setiap mobil yang dijualnya, menurut perhitungan Reuters berdasarkan pada pengarsipan dan data penjualan Ford.
Selain itu, pandemi COVID-19 juga telah menambah beban keuangan Ford. Ada beberapa langkah salah yang dilakukan perusahaan hingga membuat Ford tertinggal dari para pesaingnya dalam pembuatan mobil listrik (SUV). Padahal rencana itu memiliki margin keuntungan lebih tinggi,
Penutupan pabrik Ford di Brasil menyebabkan 5.000 pekerja terpaksa terkena PHK dan menutup 300 dealer mobil. Kenyataan itu membuang harapan pendiri Ford bernama Henry Ford yang ingin bisnisnya besar saat pertama kali mendirikan pabrik mobil di Fordlandia, Brasil.
Tutupnya produsen mobil kelas berat AS yang mahal menjadi ancaman bagi pembuat mobil global di Brasil. Padahal negara itu belum lama ini dipandang sebagai salah satu pasar pertumbuhan paling menjanjikan di dunia, meski memiliki biaya pajak, biaya tenaga kerja, dan logistik yang tinggi.
Brasil kini menjadi negara dengan beberapa perusahaan mobil global yang mengalami kerugian. Padahal pemerintahan memberikan subsidi federal sebesar US$ 8 miliar selama dekade terakhir dan tarif impor 35% untuk melindungi produksi lokal.
Selain Ford, Volkswagen Brazil telah kehilangan US$ 3,7 miliar sejak 2011, menurut pengajuan perusahaan di negara bagian Sao Paulo. GM Brazil meminta dana US$ 2,2 miliar dalam bentuk suntikan tunai sejak 2016, dan Toyota Brazil tahun lalu meminta pengampunan atas US$ 1 miliar dari utang antar perusahaan.
Volkswagen, GM, dan Toyota menolak mengomentari angka pengajuan tersebut. Sementara, Kementerian Ekonomi Brasil tidak menanggapi permintaan komentar tentang keluarnya Ford dan masalah yang dihadapi oleh sektor otomotif negaranya.