Jakarta – China dikenal dengan menyerap tenaga kerjanya di sektor manufaktur kelas dunia dan teknologi baru selama bertahun-tahun. Namun adanya pandemi Corona (COVID-19), negara tersebut sedang ‘menimbang-nimbang’ untuk menyerap tenaga kerja dengan menjadi pedagang kaki lima (PKL).
Ide itu muncul dari Perdana Menteri China, Li Keqiang yang memuji kota Chengdu karena menciptakan 100.000 pekerjaan dalam semalam dengan mendirikan puluhan ribu kios jalanan yang menjual makanan, sayuran segar, pakaian dan mainan.
Hal itu dinilai perlu dilakukan karena China memiliki tenaga kerja 900 juta yang perlu diberi makan. Dengan menjadi PKL, ada 900 juta orang yang dapat menciptakan kekayaan.
“Pemerintah perlu berusaha lebih keras untuk menciptakan lapangan kerja baru dengan menerobos stereotip,” kata Li dalam pertemuan politik tahunan besar di Beijing, dilansir CNN, Senin (29/6/2020).
Li terus memuji PKL setelah pertemuan selama kunjungan ke provinsi Shandong timur. Ini untuk pertama kalinya dilakukan sejak ia menjabat tujuh tahun lalu.
Usulan itu datang saat ekonomi sedang penuh tekanan. Produk Domestik Bruto (PDB) Tiongkok dari Januari-Maret menyusut untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade. Tingkat pengangguran juga telah memburuk sejak pandemi COVID-19 dimulai, bahkan sebanyak 80 juta orang diperkirakan tidak bekerja pada musim ini.
Sebelum pandemi, pihak berwenang mengatakan perlu menciptakan sekitar 11 juta pekerjaan baru setiap tahun untuk menyerap tenaga kerja baru setiap tahunnya.
Tetapi usulan Li itu mendapat kecaman di media. Masuknya PKL di kota-kota besar dinilai ‘tidak beradab’. Beijing Daily, surat kabar resmi pemerintah kota juga menerbitkan beberapa artikel yang mengecam bahwa kios PKL mengganggu dan dapat mengotori citra ibu kota dan citra bangsa.