KOMPAS.com – Menghadapi era industri 4.0, Kementerian Pertanian (Kementan) siapkan alat mesin pertanian ( Alsintan) dalam bentuk Pemanen Kombinasi (Combine Harvester).
Hal tersebut disampaikan melalui rilis Kementan yang diterima oleh Kompas.com, Senin (10/6/2019).
“Di antara serealia yang dipanen seperti padi, gandum, oat, rye, barley, jagung, kedelai, dan flax, ini (mesin pemanen) adalah salah satu penemuan penting di bidang pertanian,” ungkap Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy.
Bahkan, ditambahkan oleh Sarwo, mesin pemanen yang dikembangkan di Jepang tersebut mampu menghemat biaya tenaga kerja dan mengefisiensikan usaha tani.
Mesin combine harvester yang disediakan oleh Kementan tersebut tersedia dalam tipe dorong dan tipe kemudi dengan lebar pemotongan dan mesin yang bervariasi.
Untuk lebar pemotongannya, combine harvester ini tersedia mulai dari 60 sentimeter (cm) hingga 1,5 meter. Sementara untuk mesinnya tersedia mulai dari 7 horse power (hp) hingga 30 hp.
“Kecepatan maju berkisar antara 0,5 hingga 1 meter per detik. Dengan memperhitungkan waktu belok dan waktu pemotongan manual di bagian pojok lahan, biasanya waktu yang dibutuhkan untuk pemanenan berkisar 2 jam per hektar,” jelasnya.
Sarwo berharap dengan pemberian bantuan alat dan mesin pasca panen ini dapat meningkatkan produksi tanaman padi dan palawija dalam rangka meningkatkan produksi pangan.
Cara kerja mesin
Mesin combine harvester ini hanya mengumpankan bagian mulai dari padi yang kemudian dipotong ke bagian perontok mesin.
Setelah itu, gabah hasil perontokan ditampung dalam karung atau tangki penampung gabah sementara.
Bagian pemotong dari mesin ini sebenarnya hampir sama dengan bagian pemotong dari binder, hanya saja bagian pengikatnya digantikan dengan bagian perontokan.