JAKARTA, KOMPAS.com -Nilai tukar rupiah Kamis (24/1/2019) diperkirakan masih akan melanjutkan penguatan terhadap dollar AS. Kemarin rupiah di pasar spot ditutup menguat 0,22 persen pada Rp 14.188 per dollar AS.
Sementara kurs Jisdor BI naik 0,23 persen menjadi berada di level Rp 14.188.
Kepala ekonom Bank Permata, Josua Pardede melihat penguatan rupiah secara tipis yang terjadi hari ini, berpotensi masih terus akan berlanjut hari ini.
“Amerika Serikat mengalami penurunan penjualan ritel, merunut data yang dirilis kemarin. Mereka juga masih mengalami pelemahan pemerintahan atau government shutdown hingga hari ini. Inilah yang sedikit mengerek rupiah,” tutur Josua Rabu (23/1/2019).
Dilansir dari Reuters, government shutdown yang dialami AS membuat beberapa investor dan pelaku usaha tidak bisa mendapatkan gambaran lengkap seputar kesehatan ekonomi AS dan panduan keputusan alokasi aset. Ini pula berimbas pada jatuhnya sentimen konsumen dan kondisi bisnis Fed New York di titik terendah.
Hal lain yang turut mengerek rupiah adalah optimisme dari perundingan perang dagang antara AS dengan China. Sempat dikabarkan terjadi pembatalan pertemuan pada akhir Januari mendatang, pihak Gedung Putih langsung memberi klarifikasi bila pertemuan tetap akan berlangsung.
Sentimen lain yang menggerakan rupiah juga datang dari harga minyak dunia yang jatuh. Pada Rabu (23/1/2019) minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Februari 2019, turun sebesar 1,23 dollar AS per barrel, menjadi 52,57 dollar AS di New York Merchantile Exchange.
Sementara minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Maret 2019 turun sebesar 1,20 dollar AS menjadi 61,50 dollar AS per barrel diLondon ICE Futures Exchange.
Melihat hal ini, Josua memprediksi penguatan rupiah akan berlanjut. Dirinya memproyeksikan rupiah bergerak di area Rp 14.125 – Rp 14.225 pada perdagangan besok. (Amalia Fitri)