0 0
Read Time:3 Minute, 5 Second


KOMPAS.com – Mungkin Anda membayangkan pekerjaan seperti apa yang akan dicari-cari oleh para pencari kerja. Pada tahun 2040 mendatang, bayi-bayi yang dilahirkan di tahun ini akan mulai membangun karir mereka.

Apakah pasar tenaga kerja pada tahun tersebut masih seperti saat ini? Bisa jadi, atau bahkan tidak sama sekali.

Otomatisasi telah menghilangkan jutaan pekerjaan yang terkait dengan manufaktur, jasa makananan, ritel, dan ada kemungkinan otomatisasi bisa mengubah industri lainnya.

Namun, dikutip dari Money.com, Kamis (16/5/2019), riset yang dilakukan oleh Oxford University menunjukkan terdapat ratusan peran yang tidak bisa diubah, seperti terapis, koreografer, insinyur di bidang lingkungan, konselor kesehatan jiwa, juga ratusan pekerjaan lainnya.

Kabar baik lainnya, dengan menghilangnya beberapa pekerjaan, di sisi lain juga akan muncul beberapa pekerjaan baru.

Namun faktanya, berdasarkan perkiraan Institute for The Future (IFTF), sebanyak 85 persen pekerjaan pada 2030 bahkan belum muncul di beberapa tahun terakhir. Sehingga 10 tahun berikutnya mungkin pasar kerja benar-benar belum dikenali.

Berikut beberapa pekerjaan yang bisa jadi populer pada 2040 kelak:

1. Virtual Store Manager
Akan semakin banyak konsumen yang berbelanja secara online, namun mereka masih akan membutuhkan bantuan serta koneksi dengan sesama manusia.

Dalam survei yang dilakukan Google, 61 persen konsumen mobile user akan menghubungi seseorang sebelum membeli barang secara online. Selain itu menurut studi Adobe and Edelman Berland, 73 persen konsumen berpendapat iklan online harus menceritakan kisah unik.

CEO dan co-founder ISDI Digital University pun memperkirakan hal tersebut tidak akan berubah dalam waktu dekat.

“Seiring dengan berkembangnya teknologi, manusia akan berpikir mengenai bagaimana membawa hal-hal sederhanya yang tidak dimiliki oleh mesin seperti kemampuan berpikir, mencium, dan merasa dalam pengalami konsumen. Di dunia digital, Anda akan kehilangan beberapa hal tersebut,” ujar dia.

Di masa depan, brand cenderung akan mencoba untuk memasukkan nilai-nilai kemanusiaan dalam produk digitalnnya, dengan jangkauan konsumen dan desain situ yang berbasis data.

Salah satu pendiri ISDI Steve Cardigan mengatakan, ironisnya, para pemilik merek ini akan membutuhkan manusia untuk melakukan hal tersebut.

“Peran dari seorang virtual store manager, seseorang yang melibatkan pelanggan sekaligus menyenangkan mereka seperti halnya store manager di toko-toko ritel akan meledak,” ujar dia.

2. Robot Mediator
Tentu saja robot akan mendisrupsi beberapa industri. Namun, mereka hanyalah alat yang membuat pekerjaan manusia menjadi lebih baik. Robot di gudang Amazon misalnya, mereka memenuhi kebutuhan perusahaan sekaligus membantu pekerja untuk mencari dan membawa barang.

Seiring dengan semakin banyaknya hubungan kerja antara robot dengan manusia, kerumitan pun akan meningkat dan memunculkan beberapa pekerjaan baru seperti perbaikan robot yang sudah mulai muncul. Namun, ada pekerjaan lain yang belum dilahirkan oleh era disrupsi, yaitu konselor robot.

“Meskipun ada ketakutan otomatisasi bakal mengambil beberapa pekerjaan, kebutuhan akan skill manusia untuk mengoperasikan, menggunakan dan meningkatkan tekologi masih dibutuhkan,” ujar Chief Digital Officer dari perusahaan perekrut asal AS Randstand USA.

“Mungkin terapis AI akan menjadi evolusi berikutnya dari para pekerja profesional di bidang kesehatan mentak, membantu pekerja untuk bisa bekerja sama dengan para koleganya yang bukan manusia,” ujar dia.

3. Robot Trainer
Machine learning, yang menggunakan algoritma untuk melatih komputer misalnya saja dalam membuat sebuah playlist di Spotify saat ini merupakan skill yang hanya dimiliki oleh beberapa orang saja.

Para programmer yang memerankan pekerjaan tersebut saat ini masih menjadi profesional yang sangat di cari di pasar tenaga kerja, namun teknologi akan membuat pekerjaan ini menjadi sangat mudah diakses.

Algoritma yang mengontrol fungsi-fungsi dalam komputer pun akan tersandaridisasi dan pekerjaan-pekerjaan terkait mechine learning mungkin akan menjadi pekerja level bawah.

“Anda tidak perlu untuk memahami sebuah robot untuk bisa memrogam sesuatu emnjadi robot,” ujar pimpinan dari bootcamp coding Flatiron School Avi Flombaum.

“Seiring dengan software kian menjadi komoditas, saya bisa melihat mechine learning menjadi sebuah entry-level job di masa depan, layaknya bekerja dengan Excel di masa kini,” ujar dia.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

By kspsi

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *