Merdeka.com – Nilai tukar atau kurs Rupiah terhadap dolar AS (USD) yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan ditutup melemah tertekan sikap bank sentral Amerika Serikat The Fed dan kenaikan kasus Covid-19.
Rupiah ditutup melemah 53 poin atau 0,37 persen ke posisi Rp14.428 per USD dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.375 per USD.
“Sentimen dari luar masih soal The Fed yang mendorong pasar mengantisipasi dengan masuk ke aset dolar AS sehingga dolar menguat,” kata pengamat pasar uang, Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Senin (21/6).
Dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pekan lalu, The Fed menyatakan suku bunga akan naik dua kali pada 2023, yang kemudian memunculkan kekhawatiran tapering akan datang lebih cepat.
Presiden Federal Reserve Bank St. Louis James Bullard mengatakan bahwa bank sentral AS telah memulai diskusi mengenai pengurangan (tapering) dari program pembelian obligasi selama masa pandemi.
Fokus investor akan tertuju pada pidato dan testimoni dari beberapa Gubernur The Fed pada pekan ini.
“Dari dalam negeri, kenaikan kasus Covid-19 di atas angka 10 ribu sejak 17 Juni, juga mengundang kekhawatiran pasar terhadap pemulihan ekonomi Indonesia sehingga ini turut menekan rupiah,” ujar Ariston.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.390 per USD. Sepanjang hari, Rupiah bergerak di kisaran Rp14.390 per USD hingga Rp14.435 per USD.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin melemah ke posisi Rp14.453 dibandingkan posisi pada hari sebelumnya Rp14.403 per USD