Jakarta, CNN Indonesia — Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri menanggapi sinis data Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dibeberkan oleh Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) sepanjang 2015-2018 yang mencapai hampir 1 juta orang. Ia mempertanyakan posisi Said Iqbal, Presiden KSPI, yang menyampaikan informasi tersebut kepada publik Rabu (26/12) kemarin.
Seperti diketahui, Said adalah pemimpin dari KSPI. Awal tahun ini, Said memimpin anggotanya untuk mendeklarasikan dukungan KSPI terhadap pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, lawan dari Jokowi yang merupakan bos Hanif.
“Kan kamu sudah kenal Said Iqbal seperti apa. Semua orang juga sudah tahu Said Iqbal,” kata Hanif, Kamis (27/12).
Sayangnya, Hanif tidak mau menjelaskan lebih jauh mengenai sanggahannya atas data PHK yang disampaikan KSPI tersebut. Ia juga tak menjawab secara gamblang apakah jumlah PHK dalam kurun waktu tersebut jauh di bawah satu juta atau tidak. “Nanti akan ada laporan itu pas laporan akhir tahun, satu atau dua hari lagi. Iqbal kok kamu kutip,” tegas Hanif.
Sebelumnya, Said menuturkan jumlah PHK pada 2015 lalu sebanyak 50 ribu orang. Kemudian, karyawan yang dirumahkan pada 2016-2017 jumlahnya diklaim mencapai 100 ribu. Untuk tahun ini, pihaknya masih menghitung jumlah pasti karyawan yang terkena PHK.
Beberapa perusahaan yang memutuskan hubungan kerja kepada karyawannya, kata Said, misalnya PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, PT Holcim Indonesia Tbk, dan PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk. Ia menilai produk semen dan baja Indonesia kalah bersaing dengan produk asal China, sehingga terjadi penutupan beberapa pabrik.
“Krakatau Steel di Cilegon banyak melakukan PHK terhadap karyawan kontrak karena masuknya pabrik baja China, industri baja di Indonesia kalah karena harga baja China lebih murah,” tutur Said.
Namun, manajemen dari Krakatau Steel, Holcim Indonesia, dan Indocement Tunggal Prakasa kompak membantah pernyataan dari KSPI. Masing-masing pihak menyebut tidak ada penutupan pabrik dan PHK yang mereka lakukan.