0 0
Read Time:4 Minute, 31 Second

Merdeka.com – Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada bulan April 2021 menyentuh rekor tertingginya sepanjang masa. PMI Manufaktur Indonesia pada bulan April tercatat sebesar 54,6 atau naik dari posisi 53,2 pada bulan Maret 2021.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengungkapkan, peningkatan PMI menunjukkan terjadinya ekspansi selama enam bulan berturut-turut. Momentum ekspansi ini menggambarkan kenaikan output, permintaan baru, dan pembelian, serta permintaan ekspor yang kembali tumbuh setelah 16 bulan berkontraksi.

Menurutnya, angka PMI tersebut juga mencerminkan perbaikan nyata pada kondisi bisnis, seiring dengan lonjakan permintaan baru dan kembalinya bisnis baru dari luar negeri. Dengan bisnis baru mengalami ekspansi tajam, perusahaan manufaktur juga menaikkan volume produksi. Perbaikan volume pada produksi ini kedepannya diharapkan dapat meningkatkan tenaga kerja baru secara umum.

Di sisi lain, volume produksi yang semakin tinggi menimbulkan permintaan input yang lebih tinggi, Dengan pasokan yang relatif terbatas, hal ini secara alami menyebabkan peningkatan harga input yang berpengaruh terhadap harga jual kepada konsumen selama enam bulan terakhir.

Hal ini tampak pada tingkat inflasi yang mulai muncul meskipun belum kembali ke tingkat sebelum pandemi. Secara umum, produsen di Indonesia masih sangat optimis bahwa produksi akan terus menguat, didorong harapan bahwa pandemi COVID-19 akan berakhir pada tahun mendatang.

“Pemerintah perlu menjaga momentum pemulihan dengan tetap menjaga daya beli masyarakat dan berkomitmen untuk melanjutkan dukungan terhadap pelaku usaha,” ujarnya dalam keterangannya, Selasa (4/5).

Sebelumnya, ada perbaikan permintaan tidak hanya dari dalam negeri, tetapi juga ekspor. Peningkatan permintaan ekspor ini, baru pertama kali terjadi sejak 17 bulan terakhir.

“Setelah sempat terkontraksi tajam pada Triwulan II tahun lalu, tren positif pemulihan ekonomi nasional sudah mulai terlihat sejak Triwulan III/2020. Tahun ini, tren positif pemulihan terus berlanjut,” ujarnya dalam siaran persnya, Senin (3/5).

Seperti diketahui, angka 50 pada PMI menunjukkan dunia usaha sedang dalam fase ekspansi, didorong oleh keyakinan dunia usaha atas perbaikan kondisi ekonomi. Pemerintah meyakini dengan kondisi yang sudah mulai kondusif, maka ada kepercayaan dari dunia usaha untuk memulai aktivitas manufakturnya kembali.

“Geliat dari dunia usaha ini, diharapkan dapat memberikan multiplier effect pada perekonomian Indonesia,” ujar Menko Airlangga.

Indikator Ekonomi Membaik

Menteri Perindustrian RI, Agus Gumiwang Kartasasmita menyambut baik atas peningkatan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang mampu menembus level 54,6 pada April, sesuai yang dirilis oleh IHS Market. Capaian tersebut naik signifikan dibanding Maret yang berada di posisi 53,2.

“Alhamdulillah, para pelaku industri kita mulai bangkit lagi. Sebab, kalau kita melihat ke belakang, pada April 2020 adalah kondisi PMI manufaktur Indonesia saat jatuh ke titik terendahnya, yaitu di level 27,5,” ungkap Menperin di Jakarta, Selasa (4/5).

Menurutnya, catatan tersebut membuat PMI manufaktur Indonesia berada di tingkat ekspansif merupakan salah satu indikator perekonomian yang semakin membaik, serta kepercayaan dunia usaha dan industri terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai sudah on the track. Menyusul sepanjang dua bulan berturut-turut, PMI manufaktur Indonesia menorehkan rekor tertinggi.

Selain itu, kondisi bisnis diyakini kini telah menguat dalam enam bulan terakhir ini di tengah kondisi pandemi, dengan tren positif dari sektor industri yang gencar melakukan perluasan usahanya.

“Kami memberikan apresiasi dan mengucapkan terima kasih banyak kepada para pelaku industri yang terus semangat menjalankan usahanya. Hal ini tentu akan membawa multiplier effect yang luas bagi perekonomian, mulai dari penyerapan tenaga kerja hingga penerimaan devisa,” paparnya.

Menperin Agus menambahkan, utilisasi industri pengolahan nonmigas sudah kembali melonjak hingga 61,30 persen. Angka tersebut meningkat signifikan dibanding dua bulan sebelumnya.
“Kementerian Perindustrian sangat berkepentingan menjaga momentum ini dengan terus membuat kebijakan dan program untuk menstimulasi pertumbuhan industri nasional kita,” tegasnya.

Guna menjaga kinerja gemilang di sektor industri, pemerintah bertekad menciptakan iklim usaha yang kondusif. Langkah strategisnya antara lain melalui pemberian kemudahan izin usaha dan stimulus insentif.

“Misalnya dengan penerbitan Undang-Undang Cipta Kerja untuk semakin memberikan kepastian hukum bagi para pelaku industri di tanah air,” ucapnya.

Menanggapi hasil PMI manufaktur Indonesia pada April, Direktur Ekonomi HIS Markit Andrew Harker mengatakan, produksi manufaktur Indonesia terus meningkat pada bulan April di tengah-tengah ekspansi permintaan baru yang sangat kuat. “Yang menggembirakan, total bisnis baru didukung oleh kenaikan pertama pada ekspor sejak pandemi Covid-19 melanda karena permintaan internasional menunjukkan tanda-tanda perbaikan,” tuturnya.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Januari-Maret 2021, nilai ekspor industri pengolahan menembus hingga USD38,96 miliar atau tumbuh 18,06 persen dibanding periode yang sama di tahun lalu. Sektor manufaktur ini menjadi kontributor terbesar pada nilai ekspor nasional, yakni mencapai 79,66 persen.

Terkait PMI manufaktur Indonesia di bulan keempat, IHS Markit juga mencatat, output, permintaan baru, dan pembelian semua naik pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya selama periode survei sepuluh tahun, sementara permintaan ekspor baru kembali tumbuh setelah 16 bulan periode penurunan.

Optimisme bahwa output akan terus naik pada tahun yang akan datang kembali menyebar, dengan tiga perempat panelis memperkirakan ekspansi. Kepercayaan diri berpusat pada harapan bahwa pandemi Covid-19 akan berakhir pada tahun mendatang, memungkinkan kenaikan lanjutan pada permintaan baru.

Di samping itu, bisnis baru mengalami ekspansi substansial, dan sejauh ini merupakan laju tercepat sejak survei dimulai pada bulan April 2011. Perusahaan sering menyebutkan perbaikan pada permintaan pelanggan. Terlebih lagi, total permintaan baru didorong oleh kembalinya bisnis baru dari luar negeri.

Berikutnya, rekor kenaikan pada aktivitas pembelian juga terjadi karena perusahaan menanggapi arus pesanan baru yang masuk. Sementara itu, waktu pengiriman dari pemasok secara umum tidak berubah pada bulan April, menandakan bahwa gangguan pada rantai pasokan mulai berkurang. Hal ini membantu perusahaan melakukan ekspansi stok pembelian, sehingga mengakhiri 15 bulan periode penurunan inventaris pra-produksi.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

By kspsi

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *