0 0
Read Time:1 Minute, 14 Second


Merdeka.com – Presiden Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (Aspek) Mirah Sumirat mengatakan, sejak mulai diterapkan digitalisasi atau industri 4.0 sudah menunjukan dampak pada pekerja Indonesia, seperti yang dialami penerapan transaksi non tunai jalan ton atau e-tol.

“Seluruh transaksi tol harus pakai e-tol atau non tunai, akibat dampak 20 ribu karyawan pekerja di PHK masal,” Kata Mirah, saat konfrensi pers rencana aksi buruh di kawasan Proklamasi, Jakarta, Kamis (31/1).

Menurut Mirah, untuk menghindari dampak negatif penerapan digitalisasi industri, dengan mempersiapkan sumber daya manusia melalui penerapan kurikulum berbasis industri 4.0. “Melakukan persiapan ke sana seperti menyiapkan kurikulum materi digitalisasi atau automatisasi. Pemerintah harusnya hati-hati menerapkan industri 4.0,” tuturnya.

Presisden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia Said Iqbal mengungkapkan, berdasarkan data yang diperoleh 52,6 juta orang akan mengalami kehilangan tenaga kerja akibat penerapan industri 4.0 pada 2025, sementera potensi penyerapan tenaga kerja baru hanya3,7 juta

“Dalam reformais Industri 4.0 menurut McKenzie 52,6 juta sepanjang 2025, nanti akan kehilngan pekerjaan. Pekerja baru 3,7 juta lewat semua. Buruh-buruh, teler-teler bank. Sekarang teler bank kita mau transfer saja bisa pakai ponsel. Dengen demikian bahaya bagi kita,” tandasnya.

Sebelumnya,Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia Said Iqbal mengatakan, ribuan buruh yang berada di 20 kota akan berunjuk rasa pada Rabu (6/2), untuk merayakan hari jadi Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSMI). Isu utama yang diangkat dalam aksi demonstrasi tersebut adalah ketersediaan lapangan kerja, ancaman PHK dan penerapan industri 4.0.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

By kspsi

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *