Jakarta – Era normal baru (new normal) ikut mengubah dunia kerja sehingga membutuhkan skill atau keterampilan tambahan. Menurut CEO dan Co-Founder TopKarir, Bayu Janitra Wirjoatmodjo ada empat kemampuan baru yang perlu dimiliki bagi pekerja dalam menghadapi new normal.
“Kalau untuk yang saat ini masih bekerja, beberapa skill yang memang harus dipegang, pertama itu adalah skill terkait sama COVID. Ini kan lebih ke protokoler kesehatan ya. Nah itu kan membutuhkan juga pengetahuan dan penerapan. Jadi kita menyebutnya itu skill kan sebenarnya. Itu satu,” kata dia saat dihubungi detikcom, Minggu (21/6/2020).
Lalu yang kedua adalah mengelaborasi pekerjaan yang tadinya bersifat konvensional atau offline menjadi bersifat online. Sebagai contoh, dia menjelaskan semenjak ada pandemi COVID-19 dan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sebagian pekerjaan kini dilakukan secara online.
Lanjut dia, skill ketiga yang harus dimiliki adalah kemampuan untuk mempelajari hal-hal baru dengan cepat.
“Jadi belajar itu ada skillnya juga. Jadi belajar itu ada tekniknya ya, itu membutuhkan skill juga dan teknik pembelajaran itu memang ada. Jadi kalau yang saya lihat sekarang di era new normal ini kan sebenarnya belum ada standar baku (misalnya) bagaimana perusahaan itu bertransaksi ya. Kan penerapannya beda-beda ya, ada yang modelnya dibuat shift, ada yang modelnya dibuat kayak tadi misalnya dari 5 hari, 3 hari kerja, 2 hari off (work from home),” jelasnya.
Kemudian terakhir adalah skill dalam menguasai teknologi digital, entah itu sosial media maupun perangkat-perangkat digital lainnya.
“Yang terakhir adalah bagaimana mengutilisasi kemampuan digital kita. Jadi pengetahuan tentang digital seperti penguasaan sosial media, terus penguasaan tools-tools yang sifatnya untuk lebih ke kayak media lah,” tambahnya.
1. CEO dan Co-Founder TopKarir, Bayu Janitra Wirjoatmodjo menjelaskan ada tiga jenis pekerjaan sampingan yang banyak bermunculan pada saat ini. Pertama adalah reseller atau dropshipper.
“Itu kan sama-sama menjual produk orang lain atau brand yang dimiliki oleh perusahaan lain. Bedanya adalah kalau reseller dia ada stok khusus untuk menjual. Kalau dropshipper itu benar-benar cuma mengorderkan saja. Jadi saya order ke company atau prinsipalnya gitu. Jadi barangnya langsung dikirim dari perusahaan tersebut,” kata dia saat dihubungi detikcom, Minggu (21/6/2020).
Untuk menjadi reseller tak butuh banyak modal. Sedangkan menjadi dropshipper tak butuh modal sama sekali karena tidak perlu menyetok barang.
Lalu pekerjaan lepas yang banyak bermunculan adalah di sektor logistik. Sebab adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membuat penjualan barang secara online meningkat sehingga butuh lebih banyak tenaga kerja di sektor logistik, mulai dari kurir, staf gudang, hingga bagian manajemen logistik.
“Jadi memang di logistik itu permintaan cukup tinggi dan secara penghasilan yang kami amati lumayan sekali sih sebenarnya. Sangat lumayan. Jadi bisa di atas UMR (upah minimum regional) kalau ditotal walaupun statusnya tidak sebagai karyawan tetap, jadi pekerja lepas. Tapi kalau dihitung-hitung pendapatannya masih bisa di atas UMR. Jadi cukup menarik,” jelasnya.
Pekerjaan lepas lainnya yang peluangnya cukup besar adalah industri kesehatan, mengingat pandemi COVID-19 membuat kesehatan menjadi hal yang penting.
“Yang kemarin itu yang sampai sekarang masih cukup, saya bilang cukup tinggi permintaannya di industri ya di sisi industri kesehatan dan penyangganya. Jadi kayak industri farmasi, terus pelayanan kesehatan itu masih cukup tinggi sih permintaannya,” tambahnya.