0 0
Read Time:1 Minute, 56 Second

Merdeka.com – Susi Pudjiastuti mengatakan, virus corona telah berdampak pada bisnis maskapai penerbangan miliknya, yakni Susi Air. Dalam 2 bulan, Susi Air tidak beroperasi sehingga tidak ada pemasukan.

Akibatnya, dirinya menutup banyak cabang sehingga terpaksa merumahkan pegawainya. Selain itu, tidak ada yang pernah tahu sampai kapan pandemi ini berakhir.

Dia mengaku, tidak ada strategi yang bisa dilakukan pengusaha untuk mengubah situasi akibat krisis ini. Meski begitu, hal yang bisa dilakukannya saat ini adalah bertahan.

“Kalau saya pikir ekonomi sulit dalam hidup saya bekerja dan usaha itu ya kali ini, bukan sulit lagi, it’s shut up, nihil,” kata Susi dalam Talk Show Info Corona bertajuk ‘Pelaku Ekonomi Tundukan Pandemi’ di Graha BNPB, Jakarta Timur, Jumat, (12/6).

Dia menjelaskan, jika wabah ini masih terjadi, maka kemungkinan terburuk dari pandemi ini menutup usaha. Dalam undang-undang kepailitan, pun harus menyatakan pailit jika terjadi defisit.

Menjual aset untuk menutupi utang pun jadi jalan akhir. Namun, menjual aset pun tidak akan mudah dalam kondisi seperti ini. “Tapi kan juga tidak mudah menjual aset pada saat seperti ini,” kata Susi.

Memasuki masa kenormalan baru juga tak membuat Susi lega. Sebab dalam industri penerbangan masa kenormalan baru ini belum tentu bisa membuat dunia usaha penerbangan memasuki masa pemulihan.

Dia memprediksi, pemulihan ekonomi di sektor penerbangan baru akan terjadi tahun depan. Itu pun hanya bergerak setengah dari kondisi sebelum pandemi. “Saya enggak tahu, recovery ini apakah akan membantu atau tidak,” kata Susi.

Tak Terbang Selama 2 Bulan

Susi menjelaskan, maskapai penerbangan Susi Air tak mengudara selama 2 bulan akibat virus corona. Nihilnya pemasukan membuat pemilik Susi Air, Susi Pudjiastuti mengeluh. Dia pun terpaksa menutup beberapa kantor dan merumahkan karyawan karena tidak lagi menghasilkan uang.

“Susi Air 2 bulan nol penerbangannya, tidak ada sama sekali (pemasukan),” ungkap Susi dalam Talk Show Info Corona bertajuk ‘Pelaku Ekonomi Tundukan Pandemi’ di Graha BNPB, Jakarta Timur, Jumat, (12/6).

Meski tidak beroperasi, namun perusahaan milik mantan Menteri Kelautan dan Perikanan ini tetap harus mengeluarkan uang untuk sejumlah keperluan. Misalnya, mengurus TP BPKB dan STNK pesawat, surat izin terbang pilot dan sebagainya.

Bahkan, hari ini, Susi harus mengeluarkan uang Rp 8 juta untuk mengurus security clearance untuk 24 pegawainya yang dibayarkan tiap 3 bulan. Padahal tidak ada aktivitas penerbangan selama 2 bulan terakhir.

“Hal semacam ini terus ada, beban terus ada. tapi penerbangan tidak ada sama sekali,” kata Susi.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

By kspsi

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *