Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Lembong, memproyeksikan kondisi ekonomi bakal lebih baik pada 2019 mendatang.
Pasalnya, Indonesia telah lulus ujian yang menekan (stress test) ketika menghadapi masa-masa sulit dalam perekonomian global.
“Kita termasuk emerging market yang lulus stress test dan membentuk basis kuat untuk ke depan. Tahun depan akan lebih baik dari tahun ini,” katanya di acara Mandiri Market Outlook 2019 di Hotel Kempinski, Jakarta, Rabu (5/12).
Menurut Lembong, tahun 2018 ini RI telah membuktikan bisa bertahan di tengah situasi global yang menggempur mata uang negara seperti Turki yang terdepresiasi hingga 50 persen. Sementara, mata uang Indonesia hanya terdepresiasi 5-8 persen.
Lebih lanjut, Lembong menjelaskan, kondisi yang mengguncang Indonesia dengan ambruknya nilai tukar rupiah hingga menembus angka Rp 15.000 juga telah bisa dilalui Indonesia tiga tahun silam.
Ketika itu, lanjut Lembong, semua mata uang di seluruh di dunia rontok. Ditambah lagi, harga minyak yang juga melonjak.
“Waktu itu berapa kali terjadi, mengenai harga mingak yang ambruk turun 80 peren dalam 8 bulan ini juga masuk dalam kontes politik di AS,” kata dia.
Namun di titik itulah, justru optimisme Lembong muncul karena geliat reformasi kebijakan ekonomi dikeluarkan pemerintah di tengah situasi itu.
“Kita meluncurkan gelombang deregulasi paket kebijakan ekonomi I kemudian hingga ekonomi III,” ujarnya.
Di samping itu, Lembong juga menilai pemerintah melakukan perbaikan dalam berbagai hal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Rajin melayani investor, tekun melakukan komponen-komponen indeks ease of doing business dan pelan-pelan meraih kepercayaan pasar dan beberapa kali kemudian melakukan credits upgrade,” imbuhnya.
Meski begitu, ia juga mewanti-wanti agar pemerintah tidak lantas lengah. Di antaranya, soal suku bunga tinggi, nilai tukar dolar tinggi, hingga harga minyak ke depan yang perlu diwaspada kembali naik sehingga berdampak pada ekonomi Indonesia.
Ia mengimbau, siapapun yang terpilih dalam pemilu 2019 nanti harus sigap dalam kebijakan dan manajemen ekonomi.
“Kemudian setelah April (2019) bisa fokus sepenuhnya ke kebijakan dan manajemen ekonomi,” pungkasnya.