Merdeka.com – Indonesia dan seluruh negara di dunia tengah masuk ke era disrupsi. Sebagian besar kegiatan dilakukan dalam dunia maya, apalagi pandemi Covid-19 mendorong masyarakat melakukan aktivitas secara digital.
Era disrupsi ini juga membuat pekerjaan yang semula bertebaran di banyak perusahaan terancam hilang dalam beberapa tahun ke depan. Deputi Bidang SDM, Teknologi dan Informasi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Alex Denni menyatakan, 75 juta pekerjaan akan hilang tahun 2022.
“Ada ancaman job-job yang akan hilang, 75 juta job yang sifatnya pekerjaan rutin, transaksional, administratif yang gampang sekali diganti teknologi akan hilang,” ujarnya dalam tayangan virtual, Senin (14/9).
Adapun, pekerjaan yang hilang itu antara lain data entry, akuntan, administrasi dan sekretaris, Customer Service (CS), pekerja pabrik dan perakitan, layanan bisnis dan manager administrasi, auditor, manager operasi, pengecek stok barang, hingga pegawai pos.
“Job yang akan hilang, kalau tahun lalu saya ada di Jasa Marga, itu misalnya kawan-kawan di gardu tol jadi CS, pengumpul tiket tol dan lain-lain, otomatis akan ada di titik yang mudah digantikan teknologi,” ujarnya.
Meski demikian, dari jumlah yang hilang, akan ada 133 juta pekerjaan baru yang muncul di tahun yang sama. Oleh karenanya, perusahaan termasuk BUMN harus melakukan transformasi agar bisa berjalan beriringan dengan fenomena tersebut.
“Tapi ada juga job yang akan lahir, ini diperkirakan akan jauh lebih banyak dari (pekerjaan) yang hilang. Mudah-mudahan, kita bisa menciptakan pekerjaan baru untuk kawan-kawan ini bertransformasi,” kata Alex.