Merdeka.com – Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan hari ini, Senin (8/3). Pagi ini, Rupiah dibuka di Rp14.335 per USD, melemah dibanding penutupan di minggu lalu di Rp 14.300 per USD.
Mengutip data Bloomberg, Rupiah sempat stagnan usai pembukaan lalu melemah ke Rp14.348 per USD. Sempat stagnan lagi, Rupiah kembali melemah dan saat ini berada di Rp14.365 per USD.
Analis Samuel Sekuritas, Ahmad Mikail mengatakan, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta diprediksi akan tertekan oleh naiknya imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS). Dalam kajiannya, kenaikan indeks dolar dan imbal hasil (yield) obligasi AS kemungkinan akan mendorong pelemahan rupiah di tengah minimnya sentimen positif dari dalam negeri.
Menurutnya, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun kemungkinan menguat ke level 1,6 persen. “Para pelaku pasar berekspektasi akan semakin tingginya tingkat inflasi di AS pasca-adanya tambahan cash transfer dari unemployment benefit bagi warga AS dengan adanya stimulus fiskal tambahan dari pemerintah AS,” ujar Ahmad, dikutip Antara, Senin (8/3).
Stimulus fiskal AS senilai USD1,9 triliun telah diloloskan oleh Senat. Selanjutnya, pengesahan akan dilakukan oleh Kongres AS dan dikirimkan kepada Presiden Joe Biden untuk ditandatangani sebelum batas waktu 14 Maret 2021 dan memperbaharui program bantuan sebelumnya.
Sementara itu, lanjut Ahmad, kemungkinan menguat ke level 92 hari ini di tengah kuatnya data pasar tenaga kerja di AS minggu lalu. Nilai tukar rupiah terhadap dolar dengan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) hari ini diperkirakan melemah ke level Rp14.400 per USD.
“Tingginya yield US Treasury kemungkinan juga akan mengundang arus modal masuk ke AS dan memperkuat dolar AS,” tandasnya.