0 0
Read Time:1 Minute, 38 Second

Merdeka.com – Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro menyampaikan, ada tiga tantangan besar terhadap pengembangan investasi berkelanjutan di Indonesia. Pertama, adalah imbal hasil atau return.

Andry menerangkan, investasi berkelanjutan menawarkan imbal hasil bersifat jangka panjang yang dinilai kurang menarik bagi investor.

 

“Itu imbal hasil menjadi faktor dominan begitu investor masuk melihat berapa nih kemudian returnnya. Kemudian, apakah menarik dibandingkan yang konvensional,” ujarnya dalam Webinar Sustainable Investment fo Global Recovery, Rabu (13/4).

Faktor selanjutnya ialah dukungan perbankan. Menurutnya, tidak semua lembaga perbankan siap untuk mendukung pengembangan investasi berkelanjutan di Indonesia.

Sebab, umumnya proyek investasi berkelanjutan membutuhkan dana yang besar dengan imbal hasil bersifat jangka panjang. “Ini yang kemudian menjadi tantangan,” tekannya.

Terakhir, ialah dukungan insentif pemerintah. Andry bilang, insentif amat diperlukan sebagai bentuk keberpihakan pemerintah.

Selain itu, insentif juga bisa menjadi daya tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Termasuk dalam proyek investasi hijau.

“Contoh, mau berinvestasi di pembangkit listrik tenaga angin. Sementara ada banyakin risiko perubahan jalur angin dan sebagainya. Nah itu butuh kepastian insentif,” tutupnya.

Indonesia Butuh Rp 67.000 T Capai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Sebelumnya, Deputi Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Nasional Kementerian PPN/Bappenas, Arifin Rudiyanto mengatakan, paling tidak masih ada dua tantangan besar untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, yakni dari segi pembiayaan dan komunikasi.

Adapun kalkulasi kebutuhan pendanaan untuk mencapai SDGs sebesar Rp 67.083 triliun, dengan selisih (gap) pendanaan sekitar Rp 14 ribu triliun yang masih harus dipenuhi.

“Untuk mencapai target SDGs hingga 2030, dibutuhkan pembiayaan besar, sebesar Rp 67 ribu triliun, dan lebih dari Rp 14 ribu triliun yang masih harus dipenuhi,” ujar Arifin dalam sesi webinar, Selasa (12/4).

Arifin memperkirakan, kebutuhan pembiayaan SDGs akan meningkat pasca masa pandemi Covid-19. Dengan begitu, tantangan pencapaian SDGs bakal semakin besar.

“Akibat pandemi, kita hadapi tantangan besar untuk wujudkan SDGs. Target pertumbuhan ekonomi 2045 juga berpotensi tertunda. Pasca pandemi perlu pertumbuhan 6 persen untuk bawa Indonesia negara maju dan lepas dari middle income trap sebelum 2045,” serunya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

By kspsi

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *