Jakarta – Dua ritel asal Inggris mau menutup toko di Inggris dan terancam bangkrut. Debenhams ritel terbesar Inggris mau tutup tokonya secara permanen. Topshop Arcadia juga dikabarkan mengajukan perlindungan kebangkrutan.
Hal itu mengancam 25.000 pekerja kena PHK. Berikut ini sejumlah dampak dari penutupan toko secara permanen dan kebangkrutan dua ritel Inggris itu akibat pandemi COVID-19.
1. 124 Toko Tutup Permanen
Debenhams yang telah terpuruk dalam setahun akan menutup 124 outletnya di Inggris. Perusahaan pun akan melakukan cuci gudang semua sisa produknya melalui toko online sebelum akhirnya permanen ditutup.
Selain itu, 45 toko Debenhams, yang sebagian besar berada di Timur Tengah, Asia Tenggara dan Eropa Timur, juga bergantung pada tingkat pembeli dan diharapkan bisa bertahan.
2. 25.000 Pekerja Terancam PHK
Kegagalan dua bisnis ritel ini mengakibatkan 25.000 pekerja Inggris terancam kena pemutusan hubungan kerja (PHK). Keputusan ini terpaksa dilakukan mengingat keadaan ekonomi yang makin terpuruk akibat pandemi COVID-19.
“Ekonomi saat ini sangat menantang dan, ditambah dengan ketidakpastian yang dihadapi industri ritel Inggris, kesepakatan juga tidak dapat dicapai,” kata administratori FRP Advisory, Geoff Rowley, dikutip dari CNN, Rabu (2/12/2020).
3. Bisnis properti ikut merugi
Keputusan Debenhams yang akan menutup toko di Inggris secara permanen memberikan pukulan baru bagi industri ritel Inggris. Selain berdampak kepada pekerja, bisnis properti atau penyedia toko juga akan mengalami kerugian.
“Penutupan toko merupakan pukulan besar bagi pusat perbelanjaan, yang dapat menimbulkan masalah bagi perusahaan real estate, terutama yang sudah berada dalam gejolak keuangan,” kata Pippa Stephens, seorang analis ritel di GlobalData.
4. Pengangguran Inggris makin banyak
Tutupnya toko ratusan toko Debenhams dan bangkrutnya Topship membuat pengangguran Inggris bertambah. Kantor Tanggung Jawab Anggaran Inggris atau The Office for Budget Responsibility memperkirakan pengangguran Inggris akan naik menjadi 7,5% pada kuartal II-2021. Artinya 2,6 juta orang akan kehilangan pekerjaan, lebih tinggi 1 juta orang dari total saat ini.
Tahun ini menjadi kondisi terbesar bagi ekonomi Inggris pasalnya negara itu harus menghadapi dua masalah sekaligus, yakni COVID-19 dan Brexit.