Tutupnya gerai ritel offline yang cukup banyak terjadi tiap tahun lantas menimbulkan tanya, bagaiman nasib karyawan toko tersebut?
Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta, mengatakan kebanyakan para peritel memilih untuk tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan di toko ritel yang tutup. Namun, kebanyakan para pengusaha ritel akan menyiasatinya dengan melakukan pemindahan karyawan di lokasi yang cukup jauh dari tempat tinggalnya.
“Kalau PHK biasanya jarang, hampir tidak ada. Tapi, kayak gini, biasanya kan karyawan itu tinggal atau kos di sekitar toko tempat dia bekerja tadi. Nah, kalau toko tadi tutup, mereka biasanya akan dipindah di cabang yang cukup jauh dari lokasi tempat tinggal mereka,” katanya saat ditemui di Hotel Mercure, Jakarta Barat, Rabu (30/1).
Hal ini biasanya akan terjadi pada staf umum di sebuah toko ritel. Sementara, untuk karyawan yang memiliki keahlian lebih dan berprestasi biasanya kaan cenderung dipeertahankan oleh perusahaan.
“Kalau misalnya dia asisten manager atau karyawan yang memiliki kinerja bagus, biasanya akan dipertahankan. Memang dia juga pasti akan dipindah jauh tapi perusahaan juga pasti mengeluarkan cost lebih untuk biaya transportasi atau tempat tinggalnya,” katanya.
Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, beberapa gerai toko ritel tercatat telah tutup sejak akhir 2018 hingga awal 2019. Berubahnya pola belanja masyarakat, dari offline ke online, tak jarang dijadikan penyebab. Ada juga faktor turunnya daya beli. Alhasil, sepinya pengunjung membuat sederet nama ritel terkenal bertumbangan dari mulai Seven Eleven atau Sevel, Lotus, Giant, Central Department Store, hingga Centro Departement Store.