JAKARTA, KOMPAS.com – Badan Pusat Statistik ( BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus 1,96 miliar dollar AS di Januari 2021. Angka ini melanjutkan kinerja positif dari bulan-bulan sebelumnya.
Laju ekspor tercatat sebesar 15,3 miliar dollar AS atau naik 12,24 persen secara tahunan (year on year/yoy), sementara impor sebesar 13,3 miliar dollar AS atau turun 6,49 persen yoy.
Ekonom sekaligus Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan, kinerja neraca perdagangan yang positif namun dibarengi penurunan impor yang tajam bukan berarti selalu menunjukkan hal baik.
Terlebih penurunan paling dalam terjadi pada impor barang modal dan bahan baku/penolong. Kedua kelompok barang itu diperlukan untuk kebutuhan proses produksi, sehingga hal ini mencerminkan industri manufaktur dalam negeri belum pulih.
“Meskipun surplus tetapi kita belum bisa sepenuhnya bergembira, karena surplus tersebut terjadi ditengah penurunan impor. Khususnya impor barang modal dan bahan baku yang mencerminkan industri masih terpuruk,” ujar Piter kepada Kompas.com, Senin (15/2/2021).
Penurunan impor memang terjadi pada seluruh kelompok barang. Namun tertinggi terjadi pada barang modal -10,72 persen, diikuti bahan baku penolong -6,10 persen, dan barang konsumsi -2,92 persen.
Ia menjelaskan, penurunan impor yang saat ini terjadi tak lepas dari kondisi pandemi Covid-19 yang membuat permintaan pasar menjadi sangat rendah. Sebab kegiatan ekonomi terganggu karena kebijakan pembatasan, seiring pula dengan daya beli masyarakat yang melemah.
Piter meyakini, ketika pandemi berakhir maka permintaan konsumsi masyarakat pun akan membaik, sehingga industri manufaktur akan kembali bangkit.
Kendati demikian, Piter menilai, kinerja neraca perdagang bulan lalu tetap dapat diapresiasi, sebab melihat dari sisi ekspor yang mampu tumbuh positif di tengah pandemi.
Pertumbuhan ini didorong naiknya harga komoditas dibandingkan tahun lalu. Di sisi lain, permintaan dari negara mitra dagang juga cukup terjaga, khususnya oleh China yang memang perekonomiannya sudah berangsur pulih usai tertekan pandemi.
Dengan kondisi tersebut, Piter memperkirakan, neraca perdagangan Indonesia masih akan terus melanjutkan kinerja surplus selama pandemi berlangsung dengan asumsi harga komoditas terus terjaga tinggi.
“Tapi surplus neraca perdagangan akan mulai menurun pada kuartal III dan IV tahun ini,” kata Piter.