JAKARTA, KOMPAS.com – Setelah pandemi Covid-19 memukul ekonomi global sejak awal tahun, kini seluruh negara yang terdampak mulai berbenah, termasuk Indonesia.
PT Mandiri Sekuritas memproyeksikan, mulai dari semester II tahun 2020 sampai dengan tahun 2021, kondisi perekonomian mulai terlihat membaik.
Direktur Utama Mandiri Sekuritas Dannif Danusaputro mengatakan, untuk semester II tahun 2020, saat ini investor sudah mulai memiliki harapan untuk kembali lagi masuk di fixed income.
Walau demikian, untuk investor institutional masih cenderung menahan karena masih membutuhkan likuiditas lebih banyak lagi.
“Di semester II, menurut saya dari segi investor akan membaik (investasi) dengan asumsi tidak ada second wave. Sementara dari segi investornya, saya belum melihat institution akan masuk karena mereka masih butuh refinancing, dan masih banyak korporasi yang butuh likuiditas untuk jaga-jaga,” jelas dia dalam konferensi video di Jakarta, Kamis (23/7/2020).
Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Operations Mandiri Sekuritas Heru Handayanto, yang menyebut investor institusi masih wait and see sejauh ini
Namun, sektor ritel sudah mulai kembali bergairah dengan transaksi yang sehat.
“Kalau kita lihat, retail sudah bergairah kembali dengan masuk pada LQ 45 dan indeks IDX80. Dengan memilih saham yang sehat dan nilai transaksinya bertambah, itu merupakan indikasi tahun depan kita cukup optimis,” kata Heru.
Menurutnya, pasar mulai optimis dengan kondisi ekonomi akan membaik di tahun 2020, sehingga banyak investor mulai membeli saham-saham yang kini valuasinya sudah murah.
“Jadi mereka sudah mulai membeli dan mengumpulkan sejak saat ini karena valuasi saham sudah sangat murah. Sementara iru RDN tidak lari keluar, mereka masih tunggu jika nanti ada momen mereka akan masuk ke capital market,” tambah dia.
Di sisi lain, Dannif menyebut Mandiri Sekuritas saat ini belum melakukan revisi target untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sampai dengan akhir tahun, yakni pada posisi 5.500. Sementara nilai tukar rupiah terhadap dollar masih Rp 14.300 per dollar AS.
“Kita masih punya waktu 6 bulan dan sambil kita menunggu berita positif, dan kayaknya 6 bulan ke depan tidak ada berita negatif dan kita optimis di 6 bulan ke depan,” jelas dia.