Merdeka.com – Kementerian Perindustrian terus fokus mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) industri di Indonesia. Salah satunya melalui pembenahan pembelajaran pendidikan vokasi, guna menghasilkan SDM industri berdaya saing tinggi, serta terserap dunia industri.
“Kami terus membuat inovasi dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan vokasi. Misalnya, kurikulum harus customized atau disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga mampu menghasilkan SDM industri yang unggul,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Industri (BPSDMI) Kemenperin Eko SA. Cahyanto, melalui keterangan tertulisnya, Selasa (16/6).
Menurutnya, BPSDMI Kemenperin telah memetakan beberapa hal penting agar fungsi pendidikan vokasi berjalan baik. Pertama pendidikan vokasi di lingkungan Kemenperin harus adaptif dengan kebutuhan industri, sehingga perlu spesialisasi pada sektor industri tertentu.
Kemudian, setiap pendidikan vokasi Kemenperin harus berbasis kompetensi. Infrastruktur kompetensi yang kuat meliputi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang disusun praktisi industri, serta dilengkapi Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dan tempat uji kompetensi (TUK) untuk melakukan sertifikasi kompetensi.
Selanjutnya, pendidikan vokasi yang link and match dengan sektor industri. Melalui kerja sama ini, perusahaan industri mendukung sekolah menjalankan sistem pendidikan vokasi dual system yang memprioritaskan praktik kerja, perbandingannya 70:30 dengan pembelajaran di kelas. Program link and match juga memberikan manfaat bagi industri dengan lahirnya lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan industri.
Eko menambahkan, BPSDMI Kemenperin juga berupaya agar pendidikan vokasi industri mampu beradaptasi dalam berbagai keadaan, misalnya dalam era new normal. Sistem belajar mengajar yang tadinya dilakukan dengan tatap muka disesuaikan menjadi e-learning untuk menyesuaikan dengan kondisi selama pandemi Covid-19 belum berakhir.
“Terpenting dalam pembelajaran di era new normal adalah upaya menyediakan pengalaman belajar yang mendorong peserta didik lebih banyak berbuat, mengamati, berinteraksi, berkomunikasi dan memberikan umpan balik dalam membangun pengetahuan sehingga siswa dapat belajar lebih efektif,” jelasnya.