Jakarta – Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di 2018 tercatat turun menjadi menjadi 5,34% atau setara dengan 7,001 juta orang dari 131,01 juta orang angkatan kerja. Meski begitu, pengangguran masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah yang harus di selesaikan.
Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri menjelaskan, untuk mendorong pemanfaatan tenaga kerja ada tiga hal, yakni kualitas, kuantitas dan sebarannya. Dari sisi kualitas Hanif yakin tenaga kerja Indonesia tidak kalah dengan negara lain.
“Sebenarnya kualitas kita bagus, coba dilihat dari World Skill Competition kita dapat peringkat kedua di bawah Thailand. Kita dapat 13 emas. Malaysia yang profil ketenagakerjaannya lebih baik hanya dapat 4 emas,” ujarnya di Gedung Bappenas, Jakarta, Kamis (8/11/2018).
Namun tenaga kerja Indonesia lemah dari sisi kuantitas. Hanya segelintir angkatan kerja yang memiliki keahlian yang mumpuni.
“Jadi kalau kualitas kita punya. Tapi levelnya masih raw model, bisa jadi contoh terbaiknya ada. Kuantitas ini yang menjadi masalah,” ujarnya.
Angkatan kerja Indonesia juga bermasalah dari sisi sebarannya. Banyak tenaga kerja berkualitas yang bertumpuk di kota-kota besar saja.
Ketimpangan ketersediaan tenaga kerja yang memiliki kemampuan khusus juga menjadi masalah bagi dunia investasi. Banyak perusahaan yang membuka peluang kerja di daerah mengeluhkan ketersediaan tenaga kerja.
“Seperti di Morowali, itu butuh pengemudi dump truck banyak, tapi yang tersedia sedikit. Ya mana mau orang kerja di tempat jin buang anak,” tambahnya.
Untuk mengatasi hal itu, pemerintah sedang gencar-gencarnya mendorong ketersediaan pendidikan vokasi. Ada tiga jenis pendidikan yakni skilling (pendidikan keahlian), up skilling (meningkatkan keahlian) dan re-skilling (memberikan pelatihan kemampuan yang baru). (das/ara)