0 0
Read Time:2 Minute, 23 Second


JAKARTA, KOMPAS.com — Standard Chartered mengungkapkan laporan bertajuk “The Emerging Affluent Study 2018–Climbing the Prosperity Ladder” yang dilakukan terhadap 11.000 responden di 11 wilayah Asia, Afrika, dan Timur Tengah menunjukkan pendapatan rata-rata mobilitas sosial pada kelompok menengah atas (emerging affluent) meningkat.

Sebanyak 54 persen kelompok masyarakat kelas menengah atas di Indonesia menikmati peningkatan mobilitas sosial.

Dari angka tersebut, 4 persen dari kelompok tersebut menikmati peningkatan yang sangat pesat, tidak hanya dibandingkan dengan generasi sebelumnya, namun juga terhadap tren mobilitas sosial secara keseluruhan.

“Dari setengah itu, 59 persen dan dari jumlah tersebut 7 persen mengalami peningkatan yang sangat cepat,” tulis laporan tersebut, Kamis (1/11/2018).

Di Indonesia, masyarakat yang mengalami mobilitas sosial (socially mobile) mengalami lonjakan pendapatan. Sebanyak 36 persen menikmati lonjakan pendapatan hingga 50 persen atau lebih dalam lima tahun terakhir.

Hal ini merupakan peningkatan pendapatan tertinggi dibandingkan negara-negara lain selama periode studi dilakukan. Sementara angka yang sama yakni 36 persen menikmati peningkatan pendapatan sebesar 10 persen atau lebih dalam kurun waktu satu tahun terakhir.

Lebih jauh, kelompok socially mobile di Indonesia juga memiliki tingkat edukasi yang lebih tinggi dan mampu mencapai tingkat karir dan kepemilikan rumah yang lebih tinggi dibandingkan orang tua mereka.

Sebanyak 94 persen dari kelompok socially mobile juga memiliki rumah sendiri dibandingkan dengan 82 persen orangtua mereka di usia yang sama.

Studi ini juga menemukan bahwa empat dari lima, yakni 80 persen individu di kelompok emerging affluent di Indonesia, percaya bahwa wealth management (pengelolaan kekayaan) yang efektif adalah kunci untuk mendorong peningkatan mobilitas sosial dan mereka lebih menekankan pentingnya hal ini dibandingkan negara lain. Angka rata-ratanya mencapai 69 persen.

Berinvestasi pada produk finansial membantu mereka untuk terus menaiki tangga sosial, dengan 62 persen responden menyatakan bahwa ini menjadi strategi mereka untuk mencapai tujuan finansial dan meningkatkan kekayaan mereka.

Sementara itu, penasihat keuangan on-demand mengurangi kekhawatiran akan risiko Kelompok emerging affluent di Indonesia merasa nyaman untuk mencari saran keuangan secara online. Mayoritas atau 61 persen menyatakan mereka akan lebih tertarik untuk berinvestasi pada produk finansial online yang didukung fasilitas penasihat keuangan on-demand.

“Bagi mereka, risiko tidak menjadi masalah jika ada imbal hasil yang tinggi, sekitar 57 persen dapat menerima risiko tinggi ketika mereka menginvestasikan uang mereka pada produk finansial online untuk hasil investasi yang juga tinggi,” menurut laporan itu.

Head of Retail Banking Standard Chartered Bank Indonesia Bambang Simarno menjelaskan, kelompok masyarakat yang ambisius ini tengah berada pada jalur peningkatan sosial yang terus meningkat. Mereka secara konstan melampaui kesuksesan orangtua mereka dalam hal edukasi, karier, dan kepemilikan rumah.

“Seiring dengan tumbuhnya ambisi dan aspirasi, mereka menginginkan layanan finansial tradisional dan teknologi digital yang dapat memperluas akses mereka pada manajemen keuangan dan mendorong kesejahteraan finansial mereka. Ini merupakan suatu perjalanan yang menarik untuk diikuti, dimana mereka tidak hanya memperbaiki kehidupan mereka sendiri, namun juga turut mendorong pertumbuhan di beberapa pasar berkembang di dunia,” ujar Bambang.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

By kspsi

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *