JAKARTA, KOMPAS.com – Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif ( Bekraf) Ricky Joseph Pesik mengatakan, ekonomi kreatif, termasuk industri hiburan, ditargetkan menjadi salah satu kekuatan industri di Indonesia.
Salah satu indikatornya yakni tingginya pertumbuhan industri dari tahun ke tahun. Berdasarkan laporan OPUS Outlook 2019, pada 2016 saja kontribusi ekonomi kreatif terhadap perekonomian nasional tercatat sebesar 7,44 persen.
“Kalau dilihat pertumbuhannya dari 2016-2018, tingkat pertumbuhannya di atas pertumbuhan nasional, di atas 5 persen untuk ekonomi kreatif,” ujar Ricky di Jakarta, Kamis (31/1/2019).
Ricky mengatakan, film, animasi, dan video masuk ke sektor industri hiburan dengan pertumbuhan tertinggi, yakni 10,09 persen. Sementara seni dan pertunjukan sebesar 9,54 persen.
Selanjutnya, industri musik tumbuh sekitar 7,59 persen. Capaian tersebut membuat Ricky optimistis industri hiburan dapat terus menunjukkan pertumbuhan positif dan menjadi kekuatan baru bagi industri kreatif.
Riccky menilai, kenaikan terjadi signifikan karena penggunaan teknologi untuk mendongkrak penjualan tiket ke konsumen.
“Kalau saya lihat pertumbuhannya akan luar biasa besar. Di ekonomi kreatif, potensi yang luar biasa besar yang masih memberi pertumbuhan untuk industri hiburan,” kata Ricky.
Ricky mencontohkan event Art Jog di Yogyakarta berupa pasar seni yang digelar selama satu bulan penuh. Acara ini rutin diadakan setiap tahun dan sudah belangsung selama 9 tahun. Setiap kali digelar, acara tersebut mampu menyedot ratusan tokoh seni rupa nasional dan internasional.
Seiring acara tersebut berlangsung, dalam waktu bersamaan, ada sekitar 125 kegiatan seni lain yang digelar di Yogyakarta.
“Yogyakarta itu kota dengan festival paling banyak di Indonesia. Setahun bisa 500 lebih, bakan levelnya internasional,” kata Ricky.
Industri perfilman juga mengalami kemajuan pesat. Pada 2015, jumlah layar bioskop sekitar 890 unit. Di akhir 2018, naik dua kali lipat menjadi 1.820 unit. Ke depannya, bioskop-bioskop baru akan terus tumbuh hingga mencapai 3.500 unit.
Peningkatan signifikan juga terlihat dari jumlah penonton film Indonesia. Pada 2015, jumlah penontonnya sekitar 16 juta. Pada akhir 2018, naik menjadi 52 juta.
“Ada peningkaan luar biasa yang membuka ruang pertumbuhan. Akan ada puluhan ribu festival ke depannya. Dengan teknologi, industri kreatif akan ada di telepon genggam. Itu akan buat masa depan industri hiburan mencerahkan,” kata Ricky.