Merdeka.com – Uni Eropa resmi masuk jurang resesi di tahun ini, setelah ekonomi tumbuh minus 11,9 persen pada kuartal II 2020. Sebelumnya pada kuartal awal tahun ini, ekonomi benua biru itu tercatat minus sebesar 3,2 persen.
Ekonom sekaligus Analis Keuangan Valbury Asia Futures Lukman Leong memprediksi bahwa gelombang resesi yang melanda benua biru tersebut akan berdampak buruk bagi ekonomi Indonesia. Mengingat dampak dari resesi akan memukul kerjasama ekonomi antara Uni Eropa dan Indonesia.
“Saya kira kalau resesi itu pasti dampak buruknya akan menjalar ke segala sektor. Khususnya sektor ekonomi termasuk kerjasamanya,” ujar dia saat dihubungi Merdeka.com, Senin (3/8).
Terlebih, Eropa bagian penting dari mitra dagang Indonesia selama ini, karena banyak negara di benua Eropa masih mempercayakan Indonesia sebagai mitra yang mampu memenuhi standar sejumlah produk yang ditetapkan. Kendati demikian, dia tak merinci seberapa besar potensi keuntungan dari kerjasama tersebut.
“Yang pasti potensi ekonomi dari kerjasama ini cukup besar. Terlebih banyak negara maju di kawasan tersebut,” imbuh lukman.
Oleh karena itu, dia meminta pemerintah lebih tanggap dalam menyikapi resesi yang marak di sejumlah negara, khususnya mitra. Antara lain dengan memetakan sejumlah negara mitra yang berpotensi mengalami kondisi ekonomi sulit.
Namun, menurutnya prioritas pemerintah kini lebih baik diarahkan terhadap peningkatan serapan program pemulihan ekonomi nasional (PEN). Sehingga lebih banyak menyelamatkan masyarakat dan pelaku usaha dari dampak resesi. “Hemat saya, yang paling penting untuk bisa meningkatkan serapan stimulus PEN. Karena ekonomi tidak akan bangkit tanpa aktivitas,” tukasnya.