Merdeka.com – Nilai tukar Rupiah ditutup melemah pada perdagangan Kamis (7/1). Dalam perdagangan sore ini, rupiah ditutup melemah 15 poin di level Rp13.910 dari penutupan sebelumnya di level Rp13.895 per USD.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan nilai tukar dipengaruhi oleh prediksi pertumbuhan ekonomi di Kuartal-IV 2020 yang masih akan terkontraksi di 2,2 persen hingga 0,9 persen. Kontraksi tersebut lebih baik di bandingkan Kuartal sebelumnya yaitu 3,49 persen.
“Namun saat ini Indonesia masih masuk dalam fase Resesi,” ujar Ibrahim dalam riset harian, Jakarta.
Selain itu awal tahun Pemerintah melakukan pengetatan PSBB dikarenakan penyebaran pandemi Covid-19 yang terus meningkat terutama di Jawa dan Bali. Sehingga perlu ada pengawasan khusus dan secara bersamaan Pemerintah juga menyiapkan vaksinasi kepada masyarakat.
“Yang rencananya dimulai pada pertengahan Januari 2021 yang diharapkan memberikan kepercayaan masyarakat setelah sebelumnya membuat perekonomian terpuruk lebih dalam akibat pandemi,” jelasnya.
Ibrahim melanjutkan, yang terpenting saat ini Pemerintah tetap memperhatikan kebutuhan masyarakat yang utama adalah kesehatan, kemudian kedua pemerintah hadir untuk menjaga kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.
Sebelumnya banyak pengamat yang mengatakan Tahun 2021 merupakan tahun pemulihan, karena pandemi Covid-19 sudah bisa teratasi karena sudah ditemukan vaksin. Namun pada kenyataannya penyebaran pandemi Covid-19 semakin menggila bahkan sudah berkembang dengan varian baru yang penyebarannya lebih cepat dan tidak bisa terkendali.
“Ini semua diluar prediksi sehingga Pemerintah harus lebih sigap lagi dalam penanganan Covid-19 dan tahun 2021 adalah tahun tersibuk bagi Pemerintah untuk mengatasi Covid-19 dan menstabilkan ekonomi dari serangan Covid-19 dan variannya,” katanya.
Pengetatan PSBB yang dilakukan oleh Pemerintah, juga di lakukan oleh berbagai negara didunia, tujuannya agar pandemi Covid-19 bisa dikendalikan. Namun pengetatan ini bisa berpengaruh patal terhadap konsumsi masyarakat yang berujung terhadap pertumbuhan ekonomi di Kuartal-I 2021 yang kemungkinan masih akan terkontrasi, bisa saja di minus 1 hingga 2 persen.
“Artinya proyeksi Pertumbuhan Ekonomi yang di gadang-gadang oleh Pemerintah sebesar 5 persen kemungkinan tidak akan tercapai dan Pemerintah kemungkinan akan merevisi pertumbuhan ekonominya di Kuarla Pertama,” tandasnya.