Merdeka.com – Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat dibuka melemah tipis di perdagangan hari ini, Senin (16/12). Pagi ini, Rupiah dibuka di Rp13.995 per USD atau melemah dibanding penutupan perdagangan sebelumnya di Rp13.990 per USD.
Mengutip data Bloomberg, Rupiah masih betah meninggalkan level Rp14.000-an per USD. Hingga kini, Rupiah masih berada di Rp13.995 per USD.
Mantan Menteri Keuangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Muhammad Chatib Basri memprediksi nilai tukar (kurs) rupiah akan stabil di tahun 2020, amun di tahun akan bergejolak di 2021. Hal itu karena The Fed atau bank sentral Amerika Serikat (AS) yang dipastikan akan kembali mengerek suku bunga acuannya di 2021.
Prediksi tersebut berdasarkan hasil survei dari anggota rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang menyebut jika tingkat suku bunga The Fed masih akan datar (flat) pada 2019-2020. Namun, pada 2021-2022 hasil survei menunjukkan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya di 2021.
“Berarti rupiah akan stabil di 2019-2020 dan bahwa mungkin rupiah akan bergejolak di 2021-2022,” kata dia, di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Selasa (10/12).
Rupiah Relatif Stabil Tahun Ini
Menurutnya, itu akan menggoyang kebijakan di emerging market atau negara berkembang, termasuk Indonesia. Sebab saat The Fed menurunkan suku bunga acuannya, arus modal akan mengalir ke emerging market. Namun ketika mereka menaikkan suku bunga acuannya maka modal tersebut akan keluar dari emerging market dan beramai-ramai masuk ke AS.
“Jika itu kondisi yang ada maka mungkin kita akan punya gambaran rupiah yang relatif stabil di tahun ini dan tahun depan sekitar Rp14.500 atau dalam rentang dalam asumsi pemerintah,” jelasnya.