0 0
Read Time:2 Minute, 31 Second

Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat berbasis mikro (PPKM) Darurat di Jawa & Bali maupun di luar itu tidak mengganggu operasi sektor esensial. Ini dilakukan agar tidak akan menimbulkan kekhawatiran gelombang PHK kembali.

“Juga terus dijaga dengan mendorong kegiatan ekspor, termasuk ekspor dari UMKM. Lalu dengan bantuan sosial yang dilanjutkan dan dipercepat, seperti diskon listrik, dan juga kegiatan-kegiatan lain yang menopang sektor produktif. Kita akan memonitor dan mengevaluasi terus di masa sekarang, maupun setelah 20 Juli,” ujarnya dalam keterangannya, Kamis (8/7/2021).

Seperti diketahui, Pemerintah juga memberlakukan PPKM Darurat untuk wilayah luar Jawa & Bali pada 6-20 Juli 2021. Pemberlakuan ini dilakukan di daerah-daerah status level 4 berdasarkan kriteria WHO.

“Karena itu diputuskan untuk perpanjangan PPKM Mikro Tahap XII mulai 6 Juli hingga 20 Juli 2021, yang berlaku di semua Provinsi di luar Jawa-Bali, dengan dilakukan pengetatan pada 43 Kabupaten/ Kota yang memiliki Level Asesmen 4 yang berada di 20 Provinsi. Regulasi ini selaras dengan pengetatan yang dilakukan di Jawa-Bali,” ujar Airlangga beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Ekonom Lembaga Penelitian Ekonomi Manajemen (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Teuku Riefky mengatakan PPKM Mikro ini menjadi langkah tepat bahwa pengetatan mobilitas diperluas ke luar Jawa dan Bali. Pasalnya, peningkatan angka kasus COVID-19 menjadi pangkal masalah di perekonomian nasional untuk secepatnya diredam.

“Jadi pemerintah sudah tepat fokus dalam penanganan kesehatan. Selain itu, pemerintah juga tetap membuka sektor esensial termasuk ekspor impor. Sehingga sentra-sentra ekonomi yang sudah bergeser ke platform digital dapat memanfaatkan insentif UMKM untuk meningkatkan dan memperluas pasar ekspor,” ungkapnya.

Lebih lanjut Riefky mengatakan meski masih ada sebagian masyarakat yang belum memahami transaksi digital, tetapi dalam pengetatan PPKM ini pemerintah juga memperbolehkan sektor UMKM khususnya makanan dan minuman untuk beroperasi dengan batasan kapasitas dan jam operasional.

“Jadi saya kira tidak ada alasan untuk menghambat diberlakukannya pengetatan PPKM Mikro dan Darurat ini. Jika terjadi peningkatan PHK, saya kira pemerintah mengantisipasi dengan berbagai stimulus PEN yang diperpanjang hingga Kuartal III. Kalau pengetatan ini tidak lakukan, ini sangat mengkhawatirkan dalam jangka panjang,” jelasnya.

Selanjutnya, pengamat kebijakan publik Universitas Indonesia Riant Nugroho menyambut baik penguatan PPKM Mikro dengan mempertimbangkan sektor esensial yang diperbolehkan untuk tetap beroperasi dengan ketentuan tertentu. Dalam skenarionya, kata Riant, perlu dilakukan monitoring dan aturan yang rinci. Pasalnya, masih banyak masyarakat yang belum mampu merespon kebijakan dengan baik.

“Apa yang dilakukan pemerintah sudah baik dengan mempertimbangkan secara detail bagi pelaku usaha terutama UMKM. Karena pemerintah juga kembali memberikan sejumlah stimulus,” ujarnya.

“Jadi kebijakannya sudah baik, skenario di lapangan yang harus dipastikan. Serta, petugas di lapangan harus memiliki aturan memberikan sanksi yang serupa baik PPKM Mikro maupun Darurat,” ujarnya.

Hal senada diungkapkan oleh Pengamat Kebijakan Publik Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah yang menyebut banyak masyarakat yang belum mendapatkan sosialisasi dengan baik.

pengusaha,” tegasnya.”Masih banyak penumpukan mobilitas masyarakat 2 hari sejak diberlakukan PPKM Darurat. Karena masih ada perusahaan sektor non esensial dan non critical yang yang mewajibkan karyawannya masuk. Diharapkan pemerintah dapat melakukan sosialisasi terus menerus kepada masyarakat dan juga para

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

By kspsi

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *