JAKARTA, KOMPAS.com – Serikat bersama Karyawan Garuda Indonesia yang terdiri dari Serikat Karyawan Garuda Indonesia (Sekarga), Asosiasi Pilot Garuda (APG), Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia (Ikagi) menegaskan permasalahan yang dihadapi maskapai tidak hanya soal utang yang sudah mencapai Rp 70 triliun.
Koordinator Serikat Bersama (Sekber) Serikat Karyawan Garuda Indonesia Tomy Tampatty mengatakan, perusahaan pada dasarnya punya masalah lain yaitu fundamental bisnis yang dinilai perlu ditata dan dikelola kembali secara optimal guna memaksimalkan pendapatan.
“Maka untuk menghadapi kondisi ini, dibutuhkan setidaknya orang yang sangat mengerti di bidang bisnis airlines. Karena fakta selama ini terkesan manajemen melakukan salah asumsi bahwa masalah Garuda hanya masalah keuangan semata,” ujarnya saat ditemui di Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (10/8/2021).
Menurut Tomy, asumsi yang berfokus pada masalah keuangan itu, mengakibatkan manajemen hanya berkutat pada proses reengeneering bidang keuangan dan restrukturisasi utang saja, namun tidak pernah menyentuh akar masalahnya.
Ia bilang, manajemen cenderung memindahkan masalah jangka pendek menjadi masalah jangka panjang.
“Padahal masalah fundamental bisnis untuk penciptaan laba itu yang jauh lebih penting yang selama ini agak terabaikan,” imbuh dia.
Tomy mengatakan, masalah fundamental tersebut misalnya seperti ketepatan memilih alat produksi, ketepatan memilih rute yang diterbangi, dan ketepatan people process technology yang dijalankan sehingga bisnis bisa menjadi untung.
Menurutnya, Garuda Indonesia kedepannya juga perlu mengembangkan ecosystem aviasi dan pariwisata dalam suatu strategi bertahan dan tumbuh melalui kolaborasi dan sinergi yang kuat antara pemangku kepentingan.
“Kolaborasi dan sinegri perlu dilakukan antar BUMN/BUMD, swasta, UMKM, pemerintah serta semua stake Holder,” pungkasnya.