Read Time:1 Minute, 25 Second
Merebaknya pandemi COVID-19 menyebabkan para pelaut tak bisa kembali ke darat dan terjebak di kapal. Data PBB menunjukkan sebanyak 400 ribu pelaut di dunia sudah setahun terombang-ambing di lautan.
Ini terjadi karena berbagai negara memberlakukan kebijakan pembatasan ketat alias lockdown. Sehingga mereka ditolak di berbagai negara.
Menangkap kondisi ini, Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi menyebut Indonesia bakal mengambil peran dengan membukakan akses ke pelabuhan.
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Basilio Dias Araujo, mengatakan pemerintah membuka layanan crew change atau naik turun awak kapal asing di 5 pelabuhan.
5 Pelabuhan ini yakni Pelabuhan Batam, Merak, Tanjung Priok, Benoa, dan Makassar. Keputusan itu dilandasi atas permintaan Indonesia agar negara-negara di dunia membukakan akses buat para pelaut ini.
“Karena meminta semua negara memberikan dukungan terhadap pergantian awak kapal, Indonesia pun tentu harus melakukan komitmen untuk bisa melakukan pertukaran awak kapal dari negara mana saja di seluruh Indonesia,” jelas Basilio dalam virtual conference, Rabu (17/2).
Ada Potensi Penerimaan Negara Rp 10 Triliun
Selain membantu menyelamatkan awak kapal tersebut, keputusan membukakan layanan crew change ini juga mendatangkan potensi cuan yang besar. Kemenko Marves menghitung ada penerimaan negara sebesar Rp 10 triliun dari layanan tersebut.
“Karena Indonesia melihat bisa mendapatkan potensi pendapatan negara antara Rp 5 sampai Rp 10 triliun, kalau kita bisa melayani fasilitas turun naiknya pelaut di wilayah Batam, Merak, Bali dan makassar,” ujarnya.
“Kita ambil contoh di Batam setiap tahun bisa dilewati 90 ribu kapal. Kami buat estimasi sederhana saja kalau 90 ribu kapal itu bisa menurunkan atau menaikkan 5 sampai 10 orang dan kalau satu orang expend Rp 5 juta, maka negara berpotensi mendapatkan Rp 2 sampai Rp 5 triliun dari satu pelabuhan saja,” sambung Basilio.