JAKARTA, KOMPAS.com – Pemberitaan mengenai krisis yang dialami oleh perusahaan properti raksasa asal China, Evergrande, menjadi perhatian banyak pihak.
Pasalnya, krisis keuangan Evergrande dikhawatirkan bisa merembet dan berdampak pada perekonomian global.
Saat ini, total utang Evergrande mencapai 300 miliar dollar AS atau sekitar Rp 4.260 triliun (kurs Rp 14.200).
Utang Evergrande tersebut yang harus dibayarkan kepada pemilik rumah dan apartemen yang belum rampung dibangun hingga investor bahkan karyawan yang membeli produk wealth management perusahaan.
Dilansir dari The New York Times, Selasa (21/9/2021), di awal tahun ini, ketika Evergrande Group membutuhkan dana untuk membayar utang, mereka pun mengajukan dua pilihan sulit kepada karyawan, yakni bagi siapa saja yang ingin bonus tahunannya cair, harus memberikan pinjaman jangka pendek kepada perusahaan.
Akibat ancaman untuk memberikan utang atau tak mendapatkan bonus, karyawan Evergrande pun harus meminjam dana kepada rekan atau keluarga mereka.
Hingga akhirnya bulan ini, Evergrande tiba-tiba tak membayarkan kewajiban utang yang mereka pinjam kepada karyawan, yang telah dibentuk menjadi investasi dengan bunga tinggi.
Kini, ratusan karyawan Evergrande bersama dengan pembeli rumah meminta uang mereka kembali dan melakukan aksi unjuk rasa di kantor cabang perusahaan di China. Evergrande sebelumnya merupakan salah satu pengembang properti terbesar di China. Saat ini,
Evergrande Group memiliki julukan sebagai perusahaan dengan utang terbesar di negara itu.
Tak hanya kepada kreditur, Evergrande juga memiliki kewajiban utang yang harus dibayarkan kepada pemasok serta investor asing.
Saat ini, perusahaan tengah dihadapkan pada gugatan yang diajukan oleh pihak kreditor. Harga saham Evergrande pun telah anjlok hingga lebih dari 80 persen bila dibandingkan dengan awal tahun.
Regulator khawatir, bila perusahaan sebesar Evergrande mengalami kolaps, maka bakal memberikan gejolak pada sistem keuangan China.
Namun demikian hingga saat ini, belum ada tanda-tanda pemerintah China bakal melakukan bail out atau penyelamatan Evergrande.
Evergrande diperkirakan memiliki kewajiban yang harus dibayarkan kepada 1,6 juta pembeli apartemen dan berutang kepada puluhan ribu karyawannya.
Saat ini sudah mulai berhembus rumor di internet mengenai kemungkinan Evergrande bakal bangkrut pada bulan ini.
Karyawan Evergrande, Jin cheng, mengaku telah merogoh koceknya sebesar 62.000 dollar AS dan disalurkan melalui Evergrande Wealth, lini bisnis investasi perusahaan tersebut sesuai dengan permintaan dari atasannya.
Ia pun mengatakan, pegawai Fangchebao, platform online untuk penjualan real estate dan kendaraan Evergrande, diminta untuk melakukan investasi bulanan lewat Evergrande Wealth.
Konsultan untuk Evergrande Wealth, Liu Yunting pun mengakui, sebanyak 70 persen hingga 80 persen karyawan Evergrande di seluruh China diminta untuk merogoh kantong pribadi mereka untuk membantu operasional perusahaan.
Pernyataan tersebut diberikan kepada Perusahaan Penyiaran Onlien Anhui, sebuah kantor berita milik pemerintah China.
Namun demikian, laporan tersebut kemudian dihapus dari laman Anhui. Hingga saat ini, jumlah uang yang digalang Evergrande dari karyawan masih tak jelas.
Karyawan Evergrande diminta untuk melakukan investasi dalam jumlah tertentu untuk membeli produk investasi dari Evergrande Wealth. Bila mereka menolak melakukan hal itu, maka kinerja dan bonus bakal dipangkas.
Dalam wawancaranya dengan Anhui Liu mengatakan, investasi yang dilakukan oleh karyawan tersebut merupakan bagian dari pendanaan rantai pasok yang bisa membuat Evergrande membayar uang kepada pemasok mereka.
“Karena kami karyawan harus memenuhi kuota, maka kami meminta rekan dan keluarga untuk berinvestasi juga,” ujar Liu.
Liu mengatakan, orang tua dan mertuanya berinvestasi sebesar 200.000 dollar AS dan dirinya sendiri sebesar 75.000 melalui produk investasi Evergrande Wealth.
Sebelum aksi unjuk rasa terjadi pekan lalu, Evergrande telah mendapatkan sorotan pemerintah China.
Akhir bulan lalu, para petingginya dipanggil untuk melakukan pertemuan dengan regulator.
Pejabat dari pengawas perbankan dan asuransi terkemuka China mengatakan kepada para eksekutif menyelesaikan utang perusahaan yang menggelembung untuk menjaga stabilitas pasar keuangan Beijing.
Kekhawatiran terbesar bagi pihak berwenang adalah masih banyak pembangunan Evergrande yang belum selesai.
Perusahaan saat ini memiliki hampir 800 pembangunan yang sedang berlangsung di lebih dari 200 kota di seluruh China.