JAKARTA, KOMPAS.com – Industri otomotif Indonesia diprediksi akan kembali bangkit tahun ini, didukung oleh meredanya pandemi Covid-19, pulihnya daya beli masyarakat dan perpanjangan masa insentif fiskal industri otomotif oleh pemerintah hingga Kuartal II-2022.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, porsi dan peran industri otomotif Indonesia menjadi salah satu kontributor terbesar dalam perekonomian Indonesia, yakni mencapai 20 persen dari pendapatan sektor non migas.
“Kontribusi industri otomotif mencapai 20 persen dari pendapatan sektor non migas. Sedangkan secara keseluruhan, sektor non migas menyumbangkan porsi sebesar 18 persen dari total GDP, sehingga besaran kontribusi industri otomotif sekitar Rp 700 triliun,” kata Airlangga dalam siaran pers, Senin (4/4/2022).
Airlangga mengatakan, dengan kontribusi industri otomotif sekitar Rp 700 triliun, maka ada sebanyak 5 juta lapangan kerja baik yang langsung maupun tidak langsung yang menyerap tenaga kerja.
Tahun ini, untuk memacu pertumbuhan industri otomotif nasional, pemerintah kembali memperpanjang insentif fiskal berupa pembebasan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) otomotif untuk pembelian mobil harga Rp 200 juta hingga Rp 250 juta.
Selain itu, diskon PPnBM DTP (ditanggung pemerintah) 100 persen berlaku untuk mobil jenis low cost green car (LCGC) juga diperpanjang.
Airlangga mengatakan, kebijakan pemerintah tersebut juga dapat diperluas hingga ke pasar kendaraan listrik yang saat ini sedang diminati masyarakat.
Dalam paparannya, Airlangga Hartarto juga mengutarakan, roadmap Ekonomi Hijau di Indonesia yang ditargetkan pada tahun 2030 telah mencapai 25 persen menjadi tantangan sekaligus peluang industri otomotif.
“Karena pada tahun tersebut, diharapkan terdapat 200.000 unit kendaraan berbasis listrik dan kendaraan dengan standar emisi Euro 4. Maka itu harmonisasi pajak (carbon tax) dan carbon trading harus diupayakan,” kata Airlangga.
Airlangga juga mengungkapkan, pemerintah memiliki fokus yang kuat untuk membangun industri otomotif yang berkelanjutan. Dia bilang, Indonesia adalah pasar sepeda motor yang besar di Asia dengan volume produksi melebihi negara merek. Indonesia juga mampu mengekspor ke 30 negara.
“Oleh karena itu, pemerintah mendukung industri otomotif dengan berbagai kebijakan seperti kebijakan PPnBM yang lebih detail, fokus pada pengembangan teknologi kendaraan LCGC dan non-LCGC, pemberian insentif kendaraan rendah karbon, serta produksi lengkap knock down (CKD) dan mobil listrik,” tambah dia.
Direktur Utama PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk, Dewa Made Susila mengatakan, program stimulus tidak bisa dilepaskan dari konsumen. Apalagi berkat program tersebut, yang kembali diperpanjang mendorong geliat pasar khususnya di sektor otomotif.
“Tren positif industri otomotif Indonesia tersebut tidak lepas dari program stimulus dan insentif dari pemerintah sepanjang tahun 2021 yang kembali diperpanjang tahun 2022. Program stimulus dan insentif dari pemerintah tidak hanya membawa dampak positif bagi konsumen, tapi juga pelaku usaha industri otomotif,” ungkap Dewa.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Danamon Indonesia Tbk Yasushi Itagaki mengatakan, di luar aspek kebijakan pemerintah, komitmen sektor swasta khususnya lembaga pembiayaan menjadi faktor kunci membentuk pertumbuhan industri otomotif yang berkelanjutan.
“Sebagian besar kinerja multifinance ditopang fokus kepada pembiayaan konsumen khususnya otomotif. Hal ini merupakan imbas dari tingginya animo masyarakat Indonesia untuk memiliki kendaraan pribadi, dan kami memiliki keyakinan yang mendalam bahwa Indonesia memiliki peluang besar untuk tumbuh secara ekonomi, sosial dan jangka panjang, melalui industri otomotif,” kata Yasushi.