Semarang – Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Semarang kini punya studio canggih dan lengkap dalam bidang fashion. Menteri Ketenagakerjaan (Hanif Dhakiri) meresmikan studio tersebut dan optimistis peserta Balai Latihan Kerja (BLK) tidak hanya sebagai buruh pabrik namun desainer handal.
Fasilitas dari studio baru itu cukup lengkap karena mencakup Studio Produksi, Studio Catwalk, Studio Business Management Fashion, dan Studio Kreasi. Gedungnya pun dibuat senyaman mungkin dengan desain minimalis untuk memudahkan peserta latihan kerja mendapat inspirasi.
Para peserta latihan bisa mendesain dengan komputer dengan basis program Adobe Illustrator, kemudian desain bisa direalisasikan di ruang kreasi yang lengkap dengan mesin jahit dan mesin bordir canggih.
Yang cukup menarik yaitu studio karena hasil kreasi bisa langsung digunakan oleh model yang berlenggak di atas panggung catwalk. Pada peresmian hari ini juga ditampilkan pakaian hasil kreasi para peserta pelatihan.
Hanif dalam sambutannya mengatakan, fashion dalam industri kreatif di Indonesia menduduki posisi kedua setelah kuliner. Devisa yang dihasilkan dari sektor fashion pun cukup tinggi yaitu sekitar Rp 122 triliun pada tahun 2018.
“Menghasilkan devisa US$ 8,2 miliar atau setara Rp 122 triliun. Itu kontribusi ekonomi industri fashion yang di data Pak Menteri Perindustrian. Fashion itu masa depan,” kata Hanif di BBPLK Semarang, Selasa (26/2/2019).
Hanif menjelaskan, dengan upgrade tersebut maka nantinya hasil dari peserta pelatihan tidak hanya menjadi buruh di pabrik dan juga tidak hanya wirausaha kecil-kecilan.
“Dengan upgrade ini berharap nanti anak anak muda bisa peroleh skill baru di bidang fashion. Tidak hanya diajarkan menjahit tapi kreasi, produksi dan marketing, nanti disertifikasi profesi. Kalau masuk industri fashion minimal asisten junior designer, bukan buruh, lah. Kalau masuk industri bisa wirausaha, tentu saja akan lebih, dalam tanda petik, berkelas,” jelas Hanif.
Hanif menambahkan, Studio Fashion Technology itu menjadi yang pertama diantara 19 BLK yang ada di Indonesia. Menurutnya masing-masing BLK memiliki fokus sendiri yang akan diupgrade.
“Kalau BLK ini pertama di Indonesia. Yang mengambil fokus fashion akan didorong seperti ini,” katanya.
Kepala BBPLK Semarang, Edy Susanto menambahkan, untuk bidang fashion peseranya ada sekitar 2.000 orang dari total peserta atau kapasitas 3.000 orang. Pesertanya ada dari berbagai daerah bahkan luar Jawa.
“Kalau khusus fashion sekitar 2.000 orang. Serapannya 81 persen (dari total peseta) yang 19 persen belum terkonfirmasi,” kata Edy (alg/hns)