0 0
Read Time:2 Minute, 57 Second

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mendukung kerja sama Kamar Dagang Industri (Kadin) Indonesia dengan Industrie-und Handelskammer (IHK) Trier (Kadin Jerman) untuk memperkuat Komite Vokasi Nasional dengan memberikan pelatihan vokasi kejuruan ganda (pemagangan) yang memadukan pendidikan dan praktik. Kerja sama kedua lembaga ini diharapkan dapat merintis kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Jerman untuk meningkatkan kualitas pelatihan vokasi di Indonesia.

Hal tersebut terungkap dalam pertemuan Menteri Ketenagakerjaan, M. Hanif Dhakiri, dengan Wakil Ketua Umum Kadin, Antonius J. Supit, dan Kordinator Program IHK Trier Andreas Goesche di Ruang Kerja Kantor Kemnaker, Jakarta, Rabu (9/5/2018).

“Pemerintah Indonesia melalui Menaker mendukung kerja sama pelatihan vokasi kejuruan ganda ini. Kita harapkan dukungan IHK Jerman agar pemerintah Jerman men-support pelatihan vokasi di Indonesia,” ujar Anton seusai pertemuan.

Selama ini, imbuhnya, Kadin Indonesia bersama IHK Trie telah terlibat aktif memberikan support bantuan berupa metodologi, sertifikasi, kurikulum, Training of Trainer (TOT), dan pelatihan di tempat kerja.

“IHK Trier menjadi semacam technical assistant untuk program kerja sama pelatihan vokasi kejuruan ganda. Kita siapkan program pemagang serta pelatihan vokasi khusus bagi pelajar SMK,” ucap Anton.

Adapun masa vokasi kejuruan ganda atau magang berjalan sekitar tiga sampai enam bulan. Tujuan program magang sendiri untuk memberikan pengetahuan kepada pemagang, sehingga industri mudah mendapatkan tenaga kerja yang memiliki keahlian yang diinginkan.

“Kerja sama pelatihan vokasi ini akan membuat pola pemagangan dengan berbasis 70 persen praktik dan 30 persen lainnya merupakan in house training di sekolah dengan mentor yang telah dipilih oleh Kadin Indonesia dan IHK Trier,” kata Anton.

Kadin Indonesia berharap, Andreas dapat menyampaikan ke IHK Trier untuk bisa merintis dan memperoleh dukungan dari pemerintah Jerman. Sebab, IHK Trie tidak mewakili pemerintah Jerman.

“Ke depan diharapkan agar pemerintah Jerman bisa membantu mengembangkan program pelatihan vokasi di Kemnaker. Kita berharap seperti itu,” ujar Anton.

Ia menambahkan, bagi pengusaha program tersebut akan memberikan banyak keuntungan.

“Meski mengeluarkan biaya, waktu dan tenaga, tapi jauh lebih menguntungkan dari segi materil vokasi daripada perusahaan melakukan tes karyawan, tapi tidak diterima,” ucap Anton.

Sementara itu, bagi para pencari kerja, setelah mengikuti enam bulan pelatihan vokasi langsung bisa diterima kerja. Masalah yang sering terjadi selama ini, jika melamar secara normal terkadang susah diterima karena kurang sesuai kompetensinya.

Sementara itu, Hanif menyatakan bahwa pihaknya menyambut positif tawaran dari Kadin dan IHK Trier Jerman dalam rangka menyukseskan program pelatihan vokasi kejuruan ganda dengan paduan pendidikan dan praktik.

“Sistem ganda harus berpijak di dua tempat, bukan hanya sekolah sambil bekerja. Tetapi bisa juga bekerja sambil sekolah, agar setelah tamat SMK atau tamat magang mereka bisa langsung mendapat kerja sesuai kompetensi,” kata dia.

“Magang adalah salah satu cara untuk menguatkan kemampuan SDM dalam memenuhi kebutuhan industri. Untuk itu, perlu adanya kerja sama dengan semua pihak, termasuk IHK Tier ini untuk memperkuat Komite Vokasi Nasional,” lanjut Hanif.

Pemerintah juga berharap agar pihak swasta dapat berinvestasi kepada peningkatan keterampilan tenaga kerja, baik melalui penyelenggaraan pelatihan maupun melalui program pemagangan.

“Pemerintah mengajak kalangan dunia usaha dan industri yang berasal dari dalam maupun luar negeri (PMA) agar mendukung pengembangan sumber daya manusia (SDM) dengan membangun sistem pelatihan kerja dan sertifikasi profesi secara terpadu bagi pekerja Indonesia,” ujar Hanif.

Andreas mengatakan, pelatihan vokasi kejuruan sistem ganda dapat mengembangkan SDM dengan belajar di industri. Sebab, pendidikan sekolah sudah banyak memperoleh dukungan, tetapi dengan sistem ganda maka akan ada dua tempat pembelajaran, yaitu di sekolah dan industri.

“Harus belajar di industri atau industri menjadi tempat belajar. Tapi harus ada instruktur, pelatih tempat kerja dan dia harus kerja profesional. Harus ada kurikulum. Sekolah punya kurikulum inti tapi harus disusun sinkronisasi kurikulum dengan kebutuhan industri,” ucapnya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

By kspsi

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *