Jakarta, CNN Indonesia — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Luhut Binsar Pandjaitan menyebut pemerintah bakal secara bertahap memangkas jumlah Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China di kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah.
Luhut menjelaskan tenaga kerja di kawasan industri tersebut saat ini sudah mencapai sekitar 30 ribu orang. Jumlah tenaga kerja tersebut, menurut Luhut berpeluang meningkat hingga di atas 100 ribu orang.
Sementara itu, jumlah TKA China saat ini mencapai sekitar 3.000 orang atau 10 persen dari total tenaga kerja di kawasan tersebut.
“Bertahap akan kami kurangi. Pak Airlangga (Menteri Perindustrian) sudah berkomitmen untuk membuat politeknik (untuk menunjang kawasan industri) dari yang sekarang 200 orang menjadi 600 orang siswanya. Jadi jangan mengatakan tenaga kerja China ada 95 persen,” tegas Luhut dalam keterangan resmi yang diterima CNNIndonesia.com, Sabtu (12/1).
Luhut menyebut bakal ada alih teknologi dalam bidang metalurgi untuk pengembangan SDM di kawasan tersebut. Hal ini lantaran menurut dia, Presiden Direktur PT GEM Xu Kai Hua yang juga merupakan ahli di bidang metalurgi telah menjanjikan kepadanya akan mendidik penduduk Morowali.
“Mr Xu yang selain pengusaha juga profesor, dia tidak hanya memikirkan cari untung. Mereka akan kasih beasiswa ke Beijing, untuk bidang metalurgi.an transfer teknologi. Di Cina mereka masih 3.0 di sini mereka buat 4.0 dan dia mau transfer ini kepada kita,” jelasnya.
Ia menjelaskan kawasan industri tersebut bakal menjadi lompatan besar bagi pengembangan industri lithium baterai di tanah air. Di kawasan tersebut akan dibangun pabrik pertama yang membangun komponen lithium bateral dari bahan dasar nikel di Indonesia yang menerapkan teknologi berbasis digital dengan mengadopsi industri 4.0 dan teknologi 5G.
“Indonesia saat ini sedang mengembangkan industri berbasis teknologi. Istilahnya kita sedang melakukan lompatan katak untuk pengembangan industri lithium baterai,” terang Luhut.
Industri tersebut menurut dia, nantinya juga akan berperan meningkatkan ekspor dan menekan impor. Adapun nilai investasi pabrik tersebut diperkirakan mencapai sekitar US$700 juta dan bakal berkontribusi pada tambahan ekspor nantinya berkisar US$800 juta.
“Ini penting, supaya kita mandiri. Berpuluh tahun kita hanya ekspor bahan mentah. Dulu kita ekspor nikel mentah nilainya US$200-240 juta sekarang turunan pertamanya saja, tahun lalu kita ekspor menjadi US$4 miliar,” jelasnya. (agi)