Jakarta – Masalah mendesak yang harus segera diselesaikan Presiden Amerika Serikat selanjutnya yakni pasar tenaga kerja yang terus menurun. Tingkat pengangguran AS saat ini tercatat tinggi 7,9%, angka itu sama dengan tingkat pengangguran di depalan resesi sebelumnya.
“Kenyataan pahit adalah siapa pun presiden pada 20 Januari, masalah tenaga kerja adalah pekerjaannya cocok untuknya,” kata Beth Ann Bovino, kepala ekonom AS S&P Global, dikutip dari CNN, Selasa (20/10/2020).
Faktanya, tingkat pengangguran pada April lalu 14,7% kurang mewakili kerapuhan pasar tenaga kerja AS. Saat ini pengangguran sangat khawatir bagaimana meningkatkan kesehatan anak-anak dan orang tua mereka jika mereka tidak memiliki penghasilan.
Faktanya, tingkat pengangguran pada April lalu 14,7% kurang mewakili kerapuhan pasar tenaga kerja AS. Saat ini pengangguran sangat khawatir bagaimana meningkatkan kesehatan anak-anak dan orang tua mereka jika mereka tidak memiliki penghasilan.
Adapun yang harus mereka lakukan diantaranya peningkatan stimulus baru. Sejauh ini pemerintah AS alot menetapkan stimulus tambahan selama berbulan-bulan. Kini Ketua DPR Nancy Pelosi mengatakan ada tenggat waktu 48 jam untuk mencapai kesepakatan jika RUU harus disahkan sebelum pemilihan.
Menurut laporan S&P jutaan orang AS membutuhkan bantuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan mereka. Laporan itu juga menunjukan bahwa AS 30-35% berpeluang jatuh lagi ke jurang resesi.
Partai Demokrat AS telah mengusulkan paket stimulus sebesar US$ 2,2 triliun setara Rp 32.300 triliun (kurs Rp 14.770), yang akan mencakup peningkatan sementara untuk tunjangan pengangguran. Mengingat stimulus senilai US$ 600 yang diberikan per minggu telah berakhir pada Juli lalu. Sedangkan Partai Republik telah mengusulkan US$ 1,8 triliun (Rp 26.400 triliun).
Selanjutnya, pemerintahan baru harus meningkatkan infrastruktur. Joe Biden dan Presiden AS Donald Trump sebenarnya memiliki gagasan serupa untuk perdagangan dan infrastruktur. Baik Trump maupun Biden menjanjikan investasi infrastruktur, yang dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan perekonomian.
Menurut Bovino tingkat pengangguran diperkirakan akan pulih sebelum 2024. Dia menekankan mulai Januari 2021, pemerintahan baru perlu memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan.
Biden berencana meningkatkan infrastruktur sekitar US$ 2 miliar (Rp 29 triliun). Menurutnya itu dapat menambah sebanyak US$ 5,7 triliun (Rp 83.700) ke produk domestik bruto AS. S&P memperkirakan jika rencana itu terealisasikan aka PDB itu akan menjadi terbesar selama 10 tahun dan menciptakan sebanyak 2,3 juta lapangan pekerjaan.
Baik Biden dan Trump juga telah berjanji untuk mengurangi ketergantungan pada China, tetapi metode mereka kemungkinan akan berbeda. Pendekatan Trumpt ke China mungkin akan berlanjut pada rute “America First”. Analis berharap Biden akan lebih tertarik untuk membangun koalisi.
Selanjutnya tarif pajak AS, pandangan Biden dan Trump tentang pajak dan regulasi sedikit berbeda. Biden akan meningkatkan tarif pajak perusahaan.
Sedangkan Trump berencana menurunkan tarif pajak perusahaan dari 35% menjadi 21%. Penurunan itu dimaksud membuat AS lebih kompatibel dengan rezim pajak lainnya, mendorong perusahaan membawa keuntungan dan menciptakan lapangan kerja di AS.
Menurut Bovino efek samping dari turunnya tarif pajak perusahaan akan meningkatkan utang negara.