Liputan6.com, Solo – Bank Indonesia (BI) mencatat, utang luar negeri (ULN) Indonesia tumbuh melambat pada akhir kuartal III 2018. Posisi ULN Indonesia pada akhir kuartal III 2018 tercatat USD 359,8 miliar, yang terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar USD 179,2 miliar, serta utang swasta termasuk BUMN sebesar USD 180,6 miliar.
Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo mengatakan, meski posisi ULN melambat tapi secara rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir kuartal III 2018 masih berada di posisi yang baik. Tercatat posisi ULN terhadap PDB berada di level aman yakni di kisaran 34 persen.
“Lihat rasionya untuk utang, rasio kita di kisaran 34-35 persen sangat baik. Ini artinya dari sisi pengelolaan utang kita, sumbangannya kepada PDB kita itu positif. Yang perlu kita lihat bagaimana pemerintah bersama BI menjaga dari sisi kemampuan pembayarannya,” kata Dody, saat ditemui di Solo, Jawa Tengah, seperti ditulis Minggu (18/11/2018).
Dody mengatakan, mengenai ULN seharusnya jangan dilihat dari nilainya. Namun, dilihat bagaimana sumbangan pinjaman tersebut terhadap pembentukan ouputnya secara nasional.
Di sisi lain, Dody meyakini pengelolaan ULN akan terjaga dengan baik. Sebab, beberapa pertimbangan sudah dilakukan oleh bank sentral dengan baik. Misalnya saja pada non bank, BI sudah memiliki ketentuan untuk melakukan mandatori seperti harus menjaga hedging, likuiditas, dan memenuhi rating tertentu.
Sedangkan ULN perbankan, kata Dody sudah melalui saringan yang ketat dari BI maupun pemerintah. Termasuk juga BUMN juga ada tim Pinjaman Komersial Luar Negeri (PKLN) yang menyaring dari sisi kesehatan utang BUMN.
“Artinya kami tetap melihat ULN tetap diperlukan untuk perekonomian bisa tumbuh karena saving rasio kita di bawah investment rasio. Kita butuh investasi untuk menggerakan ekonomi dan itu perlu pembiayaan dari luar salah satunya dengan utang,” kata dia.
Sementara itu, terkait dengan utang luar negeri swasta pada kuartal III 2018 yang meningkat, Dody menilai itu suatu pilihan bagi pihak swasta untuk pembiayaan, apakah nantinya ke domestik atau ke luar, dengan cots yang lebih baik. ” Tentu pilihan akan ditentukan oleh mereka,” ujar dia.